Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Covid-19 Varian Omicron Bayangi Pasar Saham Tahun Depan

Saat Covid-19 varian delta sudah mulai melandai di tanah air, kini terdengar ada varian baru lagi yang lebih mematikan, varian omicron.

Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Covid-19 Varian Omicron Bayangi Pasar Saham Tahun Depan
Tribunnews/Jeprima
Ilustrasi perdagangan saham di BEI 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Wabah virus corona belum juga usai dan masih menjadi momok di dunia bisnis.

Saat Covid-19 varian delta sudah mulai melandai di tanah air, kini terdengar ada varian baru lagi yang lebih mematikan, varian omicron.

Meski di Indonesia belum dimasuki varian terakhir, namun hal itu patut diwaspadai jangansampai seperti varian sebelumnya yang sempat mengobrak-abrik perekonomian nasional.

Omicron ini menjadi momok di pasar saham internasional.

Baca juga: Tak Terpengaruh Omicron, Laju IHSG Diperkirakan Tetap Menguat Hingga ke Level 6.618

Varian ini ditemukan di Afrika dan mulai menyebar ke sejumlah Negara.

Head of Business Development Division Henan Putihrai Asset Management (HPAM) Reza Fahmi, mengatakan, potensi melonjaknya kasus Covid-19 akibat varian baru ini tetap ada.

Oleh sebab itu, pelaku pasar masih wait and see dalam dua minggu sampai sebulan ke depan untuk melihat dampak meluasnya Covid-19 jenis baru ini.

Berita Rekomendasi

Reza menyebut, varian ini masih dalam penelitian Badan Kesehatan Dunia atau WHO.

Meskipun masih dalam proses penelitian, para ahli memberikan hasil bahwa varian baru ini tidak seganas Covid pertama, dan gejalanya juga termasuk gejala ringan.

Reza menyebut, penerapan protokol kesehatan dan vaksinasi yang terus berlanjut juga dengan adanya kenaikan PPKM menjadi level 2 diharapkan bisa membuat masyarakat bijak menghadapi situasi saat ini.

Baca juga: IHSG Hari Ini Berpeluang Melemah Lagi, Investor Cermati Rilis Data Inflasi dan Manufaktur

Reza menilai, sektor yang mungkin berdampak adalah sektor perbankan dan sektor riil, dimana pelaku usaha akan menahan kegiatan sehingga kredit bisa menurun dan kredit macet atau non-performing loans (NPL) berpotensi naik.

“Sementara untuk sektor kesehatan mungkin akan diuntungkan,” terang Reza kepada Kontan.co.id, Selasa (30/11).

Reza memproyeksi, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di tahun depan dengan angka pesimistis ada di dalam rentang 6.350-6.445.

Sedangkan baseline IHSG di tahun depan bisa di kisaran 6.800-6.900, dengan pertumbuhan ekonomi sekitar 4%.

Baca juga: IHSG Minus 2,36 Persen Dalam Sepekan, Dipengaruhi Varian Baru Covid-19

Halaman
12
Sumber: Kontan
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas