Wall Street Berseri-seri, Pasar Modal Asia Beragam, Omicron Masih Jadi Sumber Kekhawatiran
Pasar modal Wall Street akhirnya berseri-seri seteleha dihantam kekhawatiran adanya varian Covid-19 Omicron.
Editor: Hendra Gunawan
Sebanyak 214 saham naik, 301 saham turun dan 151 saham stagnan.
Kendati IHSG menguat, tapi investor asing mencatat net sell sebesar Rp 211,03 miliar di seluruh pasar. Asing mencatat net sell terbesar pada saham PT Astra International Tbk (ASII) sebesar Rp 92,5 miliar. Saham ASII ditutup turun 1,74% ke Rp 5.650 per saham.
Total volume perdagangan saham ASII mencapai 59,19 juta dengan total nilai transaksi Rp 338,4 miliar. Saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) juga banyak dilego asing sebesar Rp 64,5 miliar.
Omicron
Kekhawatiran penyebaran varian baru Covid-19, omicron, menekan berbagai bursa saham di dunia.
Berdasarkan data Bloomberg, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun sekitar 1,7% selama sepekan lalu. Penurunan IHSG lebih kecil dibandingkan dibandingkan Nikkei yang anjlok 5,9%, Hang Seng Index turun 3,8%, Strait Times Index turun 4%, PSE Composite Index turun 5%, SET Index turun sekitar 3%.
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakanm penurunan IHSG lebih kecil dibandingkan indeks bursa saham lain karena ditopang sentimen omnibus law.
"Memang masih ada kata revisi, tetapi dari pemerintah sudah menegaskan investasi tetap berjalan seperti biasa dan omnibus law akan menjadi program prioritas DPR," ujarnya kepada Kontan.co.id, Minggu (5/12).
Hal tersebut membuat investor dan pelaku pasar lebih optimistis lantaran kebijakan tersebut berpeluang menciptakan foreign direct investment (FDI) yang lebih besar. Menurutnya, hal itu akan menjadi tolok ukur ekonomi Indonesia jangka panjang.
"Tahun ini, memang omnibus law belum menunjukkan giginya, tetapi jangka panjang kami yakin akan menjadi pintu untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang lebih baik sehingga membuat pelaku pasar cenderung optimis," ujarnya.
Head of Investment Research Infovesta Wawan Hendrayana melanjutkan kondisi kesehatan dan pemulihan ekonomi di Indonesia hingga saat ini relatif baik. Sehingga investor lokal belum berpandangan negatif terhadap bursa terkait varian omicron.
Dia melanjutkan, memang saat ini IHSG mulai mengalami koreksi. "Masih koreksi wajar yang disebabkan kondisi tapering dan kekhawatiran kenaikan suku bunga yang menjadi katalis negatif," jelasnya.
Walau saat ini masih perkasa dibandingkan bursa Asia lainnya, Wawan menilai, bisa saja situasi berubah dan IHSG kalah pamor. Hal itu akan terjadi jika ada peningkatan jumlah kasus Covid-19 yang terindikasi akibat omicron sehingga akan memicu PPKM yang lebih ketat di Indonesia.
Melihat data, penyebaran omnicron terbilang cepat. Sejak diumumkan pertama kali pada akhir November lalu, hingga saat ini omicron telah menyebar ke 38 negara.