Dari Usaha Pembuatan Tahu, Abdul Rakhim Biayai Kuliah S2 Anaknya di Unhas
Dalam sehari ia meraup keuntungan senilai Rp400 ribu hingga Rp500 ribu.
Editor: Content Writer
TRIBUNNEWS.COM - Abdul Rakhim, pengusaha tahu yang sukses membiayai pendidikan anaknya. Ditemui wartawan tribun-timur.com, Jumat (10/12/2021) pagi, Rakhim banyak bercerita.
"Saya dulu datang ke Makassar tahun 1991, dan kerja hanya pengantar tahu dan sayuran milik om saya," kata Rakhim.
Rakhim dikaruniai dua orang anak, satu diantaranya telah menyelesaikan kuliahnya di Universitas Hasanuddin. Di sana, anak perempuannya mengambil program studi magister (S2) Fakultas Kesehatan Masyarakat. Sementara satu anaknya lagi masih berusia 14 tahun, kini ia duduk dibangku kelas 3 SMP Telkom, Makassar.
"Sebelum menjadi pengusaha tahu, saya menjadi pengusaha kerupuk tahun 2003," terangnya.
Usaha industri tahu miliknya sudah ada sejak tahun 2004 hingga saat ini. Kata Rakhim, kampungnya di Banyuwangi, Jawa Timur. Kemudian dirinya merantau ke Kota Makassar sejak tahun 1991.
"Saya merantau ke sini ikut sama om. Dulunya saya hanya tamat SMP di Jawa Timur" ujarnya.
Sementara itu, dalam sehari ia meraup keuntungan senilai Rp400 ribu hingga Rp500 ribu. Untuk per bulannya biasanya mendapat senilai Rp15 juta rupiah. Saat ini, dia telah mempekerjakan karyawan empat orang.
Lokasinya berada di Jl Inspeksi Kanal, Moh Yamin Baru, Kelurahan Bara-baraya, Kecamatan Makassar, Kota Makassar.
Hasil produksi olahan tahunya didistribusikan ke berbagai pasar di kota Makassar seperti Pasar Daya, Pannampu, Toddopuli, Antang, Pa'baeng-baeng dan pasar lainnya.
Selain ke pasar-pasar, ia juga mendistribusikan ke berbagai hotel di kota Makassar, juga ke beberapa rumah makan lainnya. Untuk produksinya biasa menghabiskan kedelai sebanyak 400 hingga 500 kilogram per hari.
Dia juga baru saja mendapat bantuan dari Bank BRI karena selama ini dia memang menjadi nasabah bank pemerintah tersebut.
"Alhamdulillah, baru-baru ini saya menerima bantuan dari Bank BRI berupa satu buah genset," jelasnya.
Selain kedelai lokal, Rakhim juga memakai kedelai impor dari Amerika. "Yang lebih bertahan itu impor, karena kadar airnya sedikit, kalau lokal banyak (airnya)," ungkapnya.
Pengakuannya, tempat produksinya juga biasa ditempati untuk penelitian para mahasiswa. Bahkan Wali Kota Makassar, Danny Pomanto juga pernah berkunjung untuk melihat secara langsung pembuatan tahu di tempatnya bersih dan terawat.