Tugas Berat Bank Digital, Bukan Hanya Kerek Valuasi Tapi Ikut Tingkatkan Ekonomi
Perlakuan terhadap perbankan yaitu digital dan konvensional oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tidakberbeda.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Perlakuan terhadap perbankan yaitu digital dan konvensional oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tidakberbeda.
Keduanya harus ikut menggerakkan ekonomi lewat penyaluran kredit sebagai fungsi utama perbankan.
Dalam menyalurkan kredit, tentu prinsip kehati-hatian yang utama.
Lebih aman bagi perbankan sudah memiliki ekosistem sendiri.
Bagi yang belum mau tak mau harus menggandeng pihak lain.
Baca juga: Negara G20 Anggap Mata Uang Digital Tak Bisa Ditolak Harus Dirilis, Tinggal Atur Waktunya
Seperti Bank Jago. Direktur Utama Bank Jago, Kharim Siregar mengatakan, tahun depan akan mengucurkan kredit secara langsung.
Sayang, ia tak menyebut ke sektor apa.
Selama ini, Bank Jago menggandeng financial technology (fintech) dan multifinance dalam menyalurkan kredit secara channeling. Dan tentu saja dua institusi itu juga sudah menggandeng lembaga keuangan lain.
Bank Jago memang harus berhitung. Para kompetitornya sudah memiliki ekosistem amat matang.
Baca juga: Wujudkan Kampus Digital, BRI Kerja Sama dengan Universitas Hasanuddin Luncurkan Unhaspay
"Agak berat melawan bank besar yang membangun ekosistem digital melalui mobile banking dan internet banking mereka," kata Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Amin Nurdin, ke Kontan.co.id, Jumat (10/12).
Pakar keuangan dan pasar modal dari Universitas Indonesia Budi Frensidy konsisten tak memandang nilai valuasi bank digital.
“Yang ada grup besar di belakangnya seperti BCA, Astra, BRI mestinya oke. Berikutnya mungkin grup Emtek dan lainnya,” ujar Budi.
Ia menilai, sangat penting bagi bank digital memiliki ekosistem memadai.
"Bank digital yang bisa jalan ialah yang punya ekosistem. Sedangkan yang lain, cuma ikut-ikutan supaya dapat valuasi yang tinggi alias ikut gorengan,” jelasnya.