Menanti Langkah Pemerintah Terapkan Subsidi Minyak Goreng, Mampukah Menekan Tingginya Harga?
Subsidi minyak goreng tersebut rencananya akan diberikan kepada minyak goreng curah, sebagai langkah untuk menekan tingginya harga
Editor: Muhammad Zulfikar
Hingga kini, SMAR telah menyalurkan lebih dari 580.000 liter minyak goreng kemasan dengan harga terjangkau. Upaya ini merupakan bentuk dukungan bagi program pemerintah untuk stabilisasi harga minyak goreng di pasaran. Bekerja sama dengan pengusaha ritel nasional, minyak goreng kemasan dihargai Rp 14.000 per liter, jauh lebih murah dari harga pasaran yang berkisar Rp 19.000 – 20.000 per liter pada saat ini.
"Kenaikan harga ini merupakan pengaruh dari kenaikan harga pasar internasional CPO yang menjadi bahan baku minyak goreng. Jadi, perusahaan yang mengolah CPO menjadi minyak goreng tidak berasal dari perusahaan sama. Sehingga perusahaan tersebut harus membeli CPO dari luar yang harganya akan bergantung dengan volatilitas pasar. Maka jika harga CPO naik, harga minyak goreng curah dan kemasan akan ikut naik," jelas SMAR mengenai kenaikan harga minyak goreng.
Baca juga: Komisi VI Dorong Kemendag Konsisten Terapkan HET Minyak Goreng
Alasan lainnya adalah, jumlah pasokan minyak kelapa sawit yang terbatas, dan dialami hampir di seluruh industri minyak nabati dunia. Faktor cuaca misalnya, adalah salah satu faktor yang menyebabkan pasokan minyak nabati menjadi terbatas.
SMAR menambahkan, untuk mengatasi harga minyak goreng yang merangkak naik, pemerintah melalui Kementerian Perdagangan (Kemendag) menyalurkan 11 juta liter minyak goreng dengan harga terjangkau dari November hingga Desember 2021.
Ia mengatakan, penjualan minyak goreng hanya dilakukan ritel dengan tujuan untuk menghindari kerumunan masyarakat di saat pandemi COVID-19 masih belum usai.
"Program penyaluran minyak goreng harga terjangkau rencananya akan berlangsung hingga akhir Desember 2021, terutama untuk menghadapi lonjakan permintaan minyak goreng saat Natal dan Tahun Baru 2022 (Nataru). Ke depan, upaya ini akan melibatkan lebih banyak industri minyak kelapa sawit untuk menjawab tantangan di lapangan," tuturnya. (Kontan/Tribunnews.com)