Prospek Menjanjikan, Kencana Energi Segera Tuntaskan Akuisisi Proyek EBT 16,3 MW
Kencana Energi Lestari Tbk (KEEN) telah menyiapkan sejumlah rencana ekspansi pada tahun depan dalam proyek pembangkit listrik EBT
Penulis: Seno Tri Sulistiyono
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Kencana Energi Lestari Tbk (KEEN) telah menyiapkan sejumlah rencana ekspansi pada tahun depan dalam proyek pembangkit listrik energi baru terbarukan (EBT).
Saat ini, perseroan tengah melakukan uji tuntas (due dilligence) dengan beberapa calon investor strategis untuk mendukung rencana ekspansi pada 2022.
Perseroan juga dalam proses menyelesaian akuisisi proyek baru yakni pembangkit listrik mini hidro (mini hydroelectric power plant) berkapasitas 10 Megawatt (MW), biomassa berkapasitas 5 MW, dan konstruksi pembangkit listrik tenaga surya berkapasitas 1,3 MW.
Baca juga: Bappebti Catat Angka Investor Aset Kripto Capai 9,5 Juta Per Oktober
Direktur Operasional KEEN, Karel Sampe Pajung mengatakan saat ini perseroan didukung tiga pembangkit listrik hidro di atas 10 MW yang masuk dalam portofolio yakni Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Pakkat berkapasitas 18 MW di Sumatra Utara , PLTA Air Putih 21 MW di Bengkulu dan PLTM Madong 10 MW di Sulawesi Selatan (Sulsel), sehingga total kapasitas mencapai 49 MW.
"Kami optimistis EBT masih sangat menjanjikan dan memiliki prospek yang sangat baik untuk dikembangkan di Indonesia guna menggantikan posisi energi fosil yang masih sangat diandalkan hingga kini, tetapi persediaannya semakin menipis dari hari ke hari," katanya secara virtual, Selasa (28/12/2021).
Baca juga: Indonesia Bakal Sumbang Emisi Hingga 2 Ribu Juta Ton Jika Tak Manfaatkan EBT
Wakil Direktur Utama KEEN Wilson Maknawi menambahkan, prospek EBT akan ditopang sejumlah katalis positif di antaranya, roadmap 2021-2025 dengan target peningkatan bauran EBT sebesar 23 persen pada 2025, rasio elektrifikasi 100 persen, dan penyelesaian program 35 GW.
Baca juga: Switching ke Energi PLTU, PT AGM Kurangi Pemakaian Solar Genset 50 Persen
Indonesia juga menargetkan penurunan gas rumah kaca sebesar 34,8 persen pada tahun 2025 dan 58,3 persen pada tahun 2050.
"Prospek ini dinilai terbuka lebar mengingat saat ini konsumsi EBT di Indonesia masih rendah," ujarnya.
Data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat konsumsi EBT Indonesia baru 151 kWh atau nomor 7 di Asia Tenggara pada 2017, setelah Malaysia 689 kWH, Vietnam 673 kWH, Thailand 364 kWH, Filipina 213 kWH, Myanmar 178 kWH, dan Kamboja 168 kWH.
Dengan melihat kebutuhan energi nasional saat ini, serta situasi ekonomi Indonesia yang diperkirakan mulai bergerak positif, membuat perseroan optimistis mencacatkan kinerja positif di tahun ini.
"Perseroan memproyeksikan pendapatan mencapai 47,4 juta dolar AS atau setara Rp 678 miliar di akhir tahun ini, dan laba tahun berjalan 11,8 juta dolar AS atau sekitar Rp 169 miliar," paparnya.