Mulai dari Utang Segunung hingga Dicopotnya Dirkeu, Begini Perjalanan Pahit Angkasa Pura I
Pencopotan yang dilakukan Menteri Erick ini di tengah Angkasa Pura I memiliki permasalahan keuangan yang terbilang cukup parah.
Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) beberapa hari yang lalu telah melakukan pencopotan Direksi di perusahaan pelat merah pengelola Bandara, yakni PT Angkasa Pura I (Persero).
Dalam hal ini Menteri Erick Thohir mencopot Andy Saleh Bratamihardja sebagai Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko di Perseroan.
Pencopotan yang dilakukan Menteri Erick ini di tengah Angkasa Pura I memiliki permasalahan keuangan yang terbilang cukup parah.
Baca juga: Dinilai Gagal Kelola Pasokan Batubara, Luhut Minta Anak Usaha PLN Ini Dibubarkan
Di mana Perseroan memiliki utang senilai puluhan triliun.
Berikut perjalanan pahit Angkasa Pura I, mulai dari penurunan trafik penumpang di Bandara kelolaanya, utang yang menggunung, hingga dicopotnya Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko.
Trafik Penumpang Bandara di 15 Bandara Kelolaannya Menurun
Perusahaan pelat merah pengelola bandar udara yakni Angkasa Pura I, mengalami penurunan trafik penumpang di 15 bandara kelolaannya sepanjang 2021.
Baca juga: Di Saat Utang Menggunung, Erick Thohir Copot Direktur Keuangan Angkasa Pura I
Direktur Utama Angkasa Pura I, Faik Fahmi mengungkapkan, penurunan tersebut sebesar 11 persen jika dibandingkan dengan trafik penumpang di tahun sebelumnya.
Alasan utama turunnya kinerja ini adalah pembatasan mobilitas masyarakat imbas pandemi Covid-19.
“Trafik penerbangan pada 2021 di bandara-bandara Angkasa Pura I mengalami penurunan hingga 11 persen jika dibandingkan tahun 2020,” ujar Faik di Jakarta, Selasa (4/1/2022).
“Hal ini merupakan dampak dari pandemi Covid-19 dan pemberlakuan kebijakan pembatasan aktivitas fisik masyarakat, termasuk aktivitas transportasi udara melalui PPKM Darurat yang terjadi pada Juli-September 2021 lalu,” sambungnya.
Faik melanjutkan, pada tahun lalu Angkasa Pura I melayani penumpang hingga 28,29 juta penumpang.
Sedangkan trafik penumpang pada 2020 tercatat mencapai 31,84 juta penumpang.
Penurunan juga terjadi pada trafik pesawat. Dimana pada 2021 mengalami penurunan 14 persen menjadi 329.859 pergerakan pesawat dari 385.345 pergerakan pesawat pada 2020.
Kinerja Keuangan Menurun hingga Terlilit Keuangan Imbas Turunnya Aktivitas Operasional Bandara
Jelang akhir tahun lalu, Direktur Utama PT Angkasa Pura I, Faik Fahmi mengungkapkan bahwa perusahaan yang dipimpinnya memiliki utang, yang jumlahnya Rp 28 triliun.
“Kita memang ada utang kepada kreditur dan investor sampai dengan bulan November 2021 itu Rp 28 triliun. Bukan Rp35 triliun,” ujar Faik dalam konferensi pers Angkasa Pura I, Rabu (8/12/2021).
Selain dengan kreditur dan investor, Faik juga menyebutkan bahwa Perseroan juga memiliki kewajiban pembayaran kepada karyawan dan supplier sekitar Rp 4,7 triliun. Sehingga totalnya senilai Rp 32,7 triliun.
Bos AP I ini juga membeberkan alasan mengapa BUMN pengelola bandara ini memiliki utang jumbo.
Faik menjelaskan, pandemi Covid-19 yang mulai terjadi di Indonesia sejak Maret 2020 berdampak terhadap penurunan drastis trafik penumpang di 15 bandara Angkasa Pura I.
Sebagai gambaran, pada 2019, trafik penumpang di bandara Angkasa Pura I mencapai 81,5 juta penumpang.
Namun ketika pandemi Covid-19 melanda pada awal 2020, trafik penumpang turun menjadi sekitar 30 juta penumpang..
Ditambah lagi, pandemi Covid-19 melanda pada saat Angkasa Pura I tengah dan telah melakukan pengembangan berbagai bandaranya yang berada dalam kondisi lack of capacity.
Seperti Bandara Internasional Yogyakarta di Kulon Progo (YIA) yang menghabiskan biaya pembangunan hampir Rp12 triliun, Terminal Baru Bandara Syamsudin Noor Banjarmasin yang menghabiskan biaya pembangunan sebesar Rp2,3 triliun, dan juga pengembangan bandara-bandara lainnya.
Baca juga: Diwacanakan Jadi Booster Covid-19, BPOM Sebut Izin Vaksin Nusantara Bukan di Lembaganya
Di mana kesemuanya dibiayai melalui skema penggunaan dana internal dan berbagai sumber lain seperti kredit sindikasi perbankan serta obligasi.
Adanya pandemi Covid-19 membuat kondisi keuangan dan operasional perusahaan mengalami tekanan cukup besar.
Pendapatan 2019 yang mencapai Rp8,6 triliun anjlok di 2020, di mana perusahaan hanya meraih pendapatan Rp3,9 triliun dan diprediksi pada 2021 ini pendapatan juga akan mengalami sedikit penurunan akibat anjloknya jumlah penumpang yang hanya mencapai 25 juta orang.
“Kenapa utangnya besar? karena memang sebelum pandemi covid-19 kita sedang sibuk membangun 10 Bandara untuk menyelesaikan masalah lack of capacity,” ujar Faik.
“Untuk membiayai pengembangan 10 bandara tersebut, kami tidak menggunakan dana APBN atau PMN (penyertaan modal negara), tetapi menggunakan dana internal dan melalui eksternal melalui kredit sindikasi perbankan dan obligasi,” pungkasnya.
Dicopotnya Direktur Keuangan disaat Perseroan Mengalami Utang Segunung
Menteri BUMN Erick Thohir mencopot Andy Saleh Bratamihardja sebagai Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko PT Angkasa Pura I.
Hal tersebut diketahui dari surat bernomor AP.I.0230/KU.09.04/2022/DUS-B, perihal Penyampaian Informasi Perubahan Direksi PT Angkasa Pura I.
Dalam surat ini, Erick menunjuk Yudi Rizkyardie Darun untuk mengisi kursi jabatan Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko perusahaan pengelola bandara tersebut.
“Pada tanggal 6 Januari 2022 telah diputuskan pemberhentian dengan hormat Sdr. Andy Saleh Bratamihardja sebagai Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko PT Angkasa Pura I yang diangkat berdasarkan Keputusan Menteri BUMN Nomor: SK-74/MBU/03/2020 tanggal 13 Maret 2020 jo Nomor: SK-208/MBU/06/2021 tanggal 28 Juni 2021,” jelas Perseroan dalam keterangan yang diperoleh Tribunnews, Senin (10/1/2022).
“Perubahan Direksi tersebut bertujuan untuk mendukung penerapan tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) di PT Angkasa Pura I,” sambungnya.