Terapkan IoT, TPA Dorong Industri Kelapa Sawit Fokus Jalankan Transformasi Digital
IoT kini mulai dimanfaatkan oleh industri kelapa sawit untuk mengakselerasi adopsi teknologi digital di perusahaan di Kalimantan Timur.
Penulis: Choirul Arifin
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Teknologi digital berbasis Internet of Things (IoT) kini mulai dimanfaatkan oleh industri kelapa sawit untuk mengakselerasi adopsi teknologi digital di perusahaan di Kalimantan Timur.
Salah satunya seperti yang dijalankan PT Teladan Prima Agro (TPA).
Direktur Utama Teladan Prima Agro Wishnu Wardhana menyatakan, dengan menerapkan IoT, perusahaan kelapa sawit dapat meningkatkan efisiensi produksi secara berkelanjutan untuk pengembangan industri dalam jangka panjang.
Baca juga: Peneliti: Negara Dinilai Bakal Rugi Rp 115 Triliun Jika Tak Serius Kurangi Emisi Karbon
TPA saat ini mengelola lahan konsesi seluas lebih dari 60.000 hektar dengan cakupan skala yang memadai dan menguntungkan bagi langkah-langkah pengembangan usaha melalui berbagai pendekatan inovatif.
“TPA memiliki luas lahan yang ideal secara skala, tidak menuntut perubahan yang rumit dan berbiaya tinggi serta pendekatan inovatif yang kami lakukan dapat diuji secara komprehensif,” kata Wishnu dalam keterangan pers tertulis, Kamis (20/1/2022).
Baca juga: Hasil Survei: Literasi Digital di Indoneisa Tahun 2021 Naik
Mulai beroperasi sejak tahun 2004, TPA menerapkan teknologi untuk operasional usaha pengelolaan perkebunan dan pabrik kelapa sawit.
“Banyak industri seperti perbankan, layanan kesehatan dan transportasi telah mengalami disrupsi dan secara keseluruhan mereka kemudian bertransformasi melalui teknologi digital," ujarnya.
Wishnu menjelaskan, perusahaannya mulai menerapkan pendekatan inovatif berupa 'precision agriculture' pada konsesi TPA.
Baca juga: Jika HET Minyak Goreng Rp 14 Ribu, Pemerintah Dinilai Gagal Atasi Tekanan Konglomerat Sawit
"Inisiatif ini memungkinkan TPA untuk mengeksplorasi langkah efisiensi lebih lanjut dalam proses produksi kami sekaligus mengurangi beban kegiatan usaha kami terhadap lingkungan,” kata dia.
Salah satu contoh precision agriculture adalah penggunaan pupuk, yang merupakan faktor utama untuk mencapai hasil produksi yang lebih tinggi.
Menurutnya, pemakaian pupuk yang tidak tepat baik secara kualitas dan kuantitas, bukan hanya merupakan suatu pemborosan namun juga menyebabkan bahaya terhadap lingkungan.
Dia menugaskan para manajer mengumpulkan dan melacak informasi tentang kondisi tanah secara rinci, tidak berdasarkan pada ukuran per blok atau per hektar tetapi sampai ke titik pohon per pohon kelapa sawit di perkebunan.
Drone yang menggunakan Geographic Information System (GIS) dan navigasi satelit akan memberikan informasi mengenai jenis dan jumlah pupuk yang tepat dan dibutuhkan masing-masing pohon tersebut secara akurat.
Teknologi tersebut juga dapat mengidentifikasi penyakit, tingkat kesuburan dari masing-masing tanaman, memprediksi cuaca, mengetahui tingkat air di dalam tanah dan memprediksi produksi kebun secara berkala. Hal ini memberikan manfaat terhadap lingkungan dan memberikan TPA kemampuan untuk mengoptimalkan produksi yang berkelanjutan.
Proses identifikasi dan monitoring ini sering dikatakan sebagai remote sensing, atau kemampuan untuk mengetahui karakteristik fisik area menggunakan refleksi dan radiasi yang dipancarkan dari jarak jauh.
Pendekatan progresif ini dibangun berdasarkan big data dan algoritma yang memberikan arus informasi terperinci secara real-time dan dapat diakses oleh para manajer.
Dia mengatakan, tim operasional TPA memiliki pengalaman puluhan tahun di Kalimantan Timur, yang merupakan lokasi keseluruhan konsesi TPA, sehingga mereka dapat menafsirkan data dan menarik kesimpulan yang tepat untuk melandasi pengambilan keputusan bisnis secara efektif.
“Suksesnya masa depan industri kelapa sawit bergantung pada pemanfaatan inovasi yang dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi. Ini akan mengurangi kebutuhan perluasan areal kegiatan usaha kelapa sawit karena perusahaan dapat meraih hasil lebih banyak dari jumlah lahan yang ada, dan dikelola secara berkelanjutan," ujarnya.
"Industri kelapa sawit memerlukan transformasi dengan menerapkan aspek transparansi sehingga para pemangku kepentingan yang berada di Samarinda, di Jakarta, dan dimanapun, semua dapat melihat bagaimana kami mengelola kegiatan operasi kami dari sisi agro-ekologi (agro-ecological), sosio-teritorial (socio-territorial), dan skala ekonomi (economic scale)," imbuhnya.
Hal ini hanya dapat dicapai melalui langkah adopsi digitalisasi operasi perusahaan secara rinci dan menyeluruh, dimana kami melakukan pengukuran terhadap semua aspek terkait.