Analis Sebut Pekan Ini Penting dan Genting Jelang 'Arisan' Bank Sentral AS
Sebab pada akhirnya, sebuah pekan yang tadinya penuh dengan spekulasi selama tiga pekan terakhir akan diputuskan pekan ini.
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus menyebutkan, pekan ini penting dan genting untuk dicermati pelaku pasar.
Sebab pada akhirnya, sebuah pekan yang tadinya penuh dengan spekulasi selama tiga pekan terakhir akan diputuskan pekan ini.
"Di mana akhirnya, The Fed akan mengadakan arisan bank sentralnya untuk menginformasikan kepada kita langkah apa yang akan dilakukan oleh The Fed. Namun ingat, spekulasi belum berakhir sampai di sini," ujar dia melalui risetnya, Senin (24/1/2022).
Baca juga: IHSG Kembali Sentuh 6.700, Kapitalisasi Pasar Naik Rp 103 Triliun dalam Sepekan
Menurut dia, spekulasi justru akan meningkat menjelang pertemuan The Fed mendatang, apalagi Goldman Sachs sudah mengatakan bahwa mereka melihat Bank Sentral Amerika Serikat (AS) tersebut akan melakukan kebijakan moneter yang aggressive tahun ini.
"Di mana tahun ini mungkin pengetatan akan lebih besar dari yang bisa dibayangkan. Bahkan Golman sendiri mengatakan bahwa The Fed akan menaikkan tingkat suku bunga sebanyak 4 kali, mulai dari Maret, Juni, September, dan Desember," katanya.
Sementara, pengurangan Neraca diperkirakan akan dilakukan pada bulan Juli, meskipun ada inflasi, tapi mereka yakin risiko tersebut masih dapat diterima.
Baca juga: Rupiah Cenderung Melemah di Awal Tahun, BI Bilang karena Aliran Masuk Dana Asing Terbatas
Justru Goldman sendiri mengatakan bahwa mereka lebih prihatin dengan varian Omicron yang justru memperpanjang ketidakseimbangan penawaran dan permintaan, sehingga mendorong kekuatan yang berkelanjutan dalam pertumbuhan upah.
"Hal ini membuat berbagai variable menjadi semakin kuat menurut kami. Pasalnya, tekanan inflasi akan terus berlangsung ditopang oleh masalah rantai pasokan, pertumbuhan upah yang overheating, kenaikkan sewa yang kuat, dan ekspektasi inflasi jangka pendek yang sangat tinggi," pungkas Nico.