Rupiah Berpotensi Menguat Pada Perdagangan Rabu (2/2/2022)
Ekonom Bank Mandiri Reny Eka Putri menjelaskan, pelaku pasar saat ini tengah menantikan keputusan lebih lanjut dari The Fed soal kenaikan suku bunga
Editor: Muhammad Zulfikar
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Rupiah berpotensi melanjutkan penguatan pada perdagangan Rabu (2/2/2022).
Sikap pasar yang cenderung wait and see akan membuat pergerakan rupiah cenderung lebih terbatas.
Ekonom Bank Mandiri Reny Eka Putri menjelaskan, pelaku pasar saat ini tengah menantikan keputusan lebih lanjut dari The Fed soal kenaikan suku bunga acuan.
Baca juga: Menparekraf Sebut Tiga Bisnis yang Akan Berkembang di Masa Depan
Apakah hal tersebut dilakukan langsung setelah tapering selesai di akhir Maret, atau beberapa waktu setelah tapering selesai.
Menurut Reny, tekanan dari sentimen eksternal tersebut seharusnya sudah mulai mereda. Alhasil, rupiah berpotensi kembali menguat terbatas setelah sebelumnya mengalami pelemahan selepas FOMC meeting.
“Sementara dari dalam negeri, inflow yang masih terus masuk ke pasar saham seharusnya bisa jadi katalis positif untuk rupiah,” kata Reny kepada Kontan.co.id, Senin (31/1/2022).
Kendati begitu, ia bilang, di satu sisi pasar juga tengah memerhatikan seperti apa perkembangan kasus Omicron di dalam negeri yang terus mengalami kenaikan di beberapa hari terakhir. Tak hanya itu, pasar domestik juga tengah menantikan rilis data pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk tahun 2021.
Baca juga: Dilelang Sebagai NFT, Memorabilia The Beatles dan John Lennon Dibanderol Ratusan Juta Rupiah
Untuk perdagangan Rabu (2/2/2022) Reny memproyeksikan rupiah akan berada pada rentang Rp 14.310 - Rp 14.380 per dolar AS.
Adapun pada Senin (31/1), di pasar spot, rupiah berhasil ditutup di level Rp 14.368 per dolar Amerika Serikat (AS) atau menguat tipis 0,05%.
Sementara di kurs referensi Jisdor Bank Indonesia (BI), rupiah justru mengalami koreksi. Mata uang Garuda ini melemah tipis 0,07% ke Rp 14.392 per dolar AS.
Sumber: Kontan