3 Tantangan Pelaku UMKM Sukses dan Bertahan Berbisnis di Masa Pandemi
Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM) menjadi sektor penting yang memiliki kontribusi besar dan krusial dalam menopang perekonomian Indonesia.
TRIBUNNEWS.COM - Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM) menjadi sektor penting yang memiliki kontribusi besar dan krusial dalam menopang perekonomian Indonesia. Terlebih, di tengah dampak pandemi yang terjadi, UMKM turut menjadi sektor yang mendukung percepatan pemulihan ekonomi nasional.
Melansir dari situs Kementerian Keuangan, menurut data Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, pada bulan Maret 2021, jumlah UMKM di Indonesia mencapai 64,2 juta, dengan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto sebesar 61,07 persen atau senilai Rp8.573,89 triliun.
Maka secara teori ekonomi, perekonomian Indonesia tidak mungkin bisa pulih jika sektor UMKM tidak segera diberdayakan untuk pulih. Selain itu, melalui pemberdayaan usaha mikro dapat membantu masyarakat yang mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) dan hilangnya penghasilan karena usahanya terdampak pandemi Covid-19.
Meskipun memiliki peran yang besar, untuk memaksimalkan perannya, sektor UMKM memerlukan dukungan yang tepat dan terarah. Hal ini karena terdapat tantangan yang perlu dihadapi dalam meningkatkan daya saing sehingga pelaku usaha kecil mampu bertahan dan tak harus ‘gulung tikar’ karena tidak mampu menghadapi tantangan dalam berbisnis.
Berikut beberapa hal yang menjadi tantangan dan kerap dihadapi oleh para pelaku usaha mikro, kecil, dan juga menengah di masa kini.
1) Strategi bisnis
Menjalankan usaha merupakan suatu hal yang gampang-gampang-susah. Maka dari itu, pelaku usaha termasuk UMKM perlu menerapkan strategi bisnis yang tepat agar usaha yang dijalani bisa bertahan.
Sayangnya, tidak sedikit pelaku usaha kecil yang belum memahami akan pentingnya strategi bisnis ini. Nah, untuk menghadapinya, bagi pelaku usaha kecil, diferensiasi produk dan memaksimalkan pemasaran menjadi strategi bisnis yang bisa diterapkan.
Dengan diferensiasi, produk usaha yang dimiliki pun bisa bersaing dengan produk lainnya baik di pasar dalam negeri, maupun luar negeri. Sementara itu, strategi pemasaran juga menjadi jalan untuk menjangkau konsumen dan pasar yang lebih luas sehingga pelaku usaha kecil bisa makin berdaya dan naik kelas.
2) Pendampingan akses teknologi
Di era serba digital seperti saat ini, pelaku UMKM memerlukan pendampingan akses teknologi. Namun, dari 64 juta UMKM di Indonesia, saat ini, menurut Deputi Bidang Kewirausahaan Kemenkop UKM Siti Azizah dalam webinar bertajuk Peran Perbankan dalam Ekosistem Digital UMKM Masa Depan, Kamis (23/9/2021) lalu, sebanyak 15,3 juta usaha mikro, kecil, dan menengah atau UMKM telah masuk ke dalam ekosistem digital.
Untuk itu, pemerintah pun turut memberikan pendampingan akses teknologi kepada pelaku UMKM, mulai dari memaksimalkan program literasi digital, meningkatkan infrastruktur jaringan internet, hingga memberikan pelatihan langsung kepada UMKM, seperti pelatihan kewirausahaan digital (Digital Entrepreneurship Academy) dalam program beasiswa Digital Talent Scholarship milik Kementerian Kominfo.
3) Akses pembiayaan
Dalam mengembangkan usaha, akses pembiayaan yang sulit merupakan sebuah tantangan besar yang harus dihadapi pelaku UMKM. Terlebih, biasanya, pelaku usaha kecil selalu dihadapkan dengan bunga yang tinggi saat ingin mendapatkan akses pembiayaan. Hal inilah akhirnya yang membuat UMKM sulit untuk berkembang dan bersaing dengan kompetitor.
Memahami hal ini, pemerintah pun mengambil langkah untuk mendukung usaha kecil naik kelas dengan menghadirkan program Kredit Usaha Rakyat (KUR) sebagai upaya untuk meningkatkan akses pembiayaan kepada UMKM yang disalurkan melalui lembaga keuangan dengan pola penjaminan.
Hadirnya program KUR ini dimaksudkan untuk memperkuat kemampuan permodalan usaha dalam rangka pelaksanaan kebijakan percepatan pengembangan sektor riil dan pemberdayaan UMKM. Terlebih, pemanfaatan KUR juga turut mendorong pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja.
Kehadiran KUR dapat membawa dampak yang sangat signifikan. Dengan dibukanya akses pemberian modal pada pelaku UMKM melalui program KUR, secara langsung memberikan kemudahan bagi pelaku UMKM berkat syarat KUR yang mudah dan kecilnya nilai bunga serta kecil nilai bunga dan angsurannya.
Selain itu, makin mempermudah masyarakat, pembiayaan yang disalurkan pemerintah melalui KUR bersumber dari dana perbankan atau lembaga keuangan yang sekaligus berperan sebagai penyalur KUR. Salah satunya adalah PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.
BRI merupakan salah satu lembaga keuangan yang terus berkomitmen untuk menyalurkan KUR kepada UMKM. KUR yang disalurkan oleh BRI ini juga dapat menjangkau seluruh area di Indonesia, termasuk di daerah luar dan terasing.
Melansir dari rilis BRI yang diterima Tribunnews.com pada (19/1/2022) lalu, tercatat sepanjang Januari 2021 hingga Desember 2021, BRI berhasil menyalurkan KUR sebesar Rp194,9 triliun kepada 6,5 juta debitur.
Penyaluran KUR BRI sepanjang 2021 tersebut juga tercatat naik 40,7% year-on-year (yoy) dibandingkan dengan penyaluran KUR BRI di tahun 2020 sebesar Rp138,5 triliun.
Keberhasilan ini juga membuat BRI pada tahun 2022 ini mendapatkan kuota penyaluran KUR 2022 yang meningkat menjadi sebesar Rp373,17 triliun, atau mencapai 70% dari total KUR yang dialokasikan, yakni Rp260 triliun.
Tak hanya meningkatkan usaha nasabanya saja, lewat KUR, BRI juga berperan sebagai pembina dan memberikan dampak sosial bagi masyarakat. Hal ini dialami oleh pengrajin Teh Kewer di Desa Sukalaksana, desa wisata yang terletak di Samarang, Garut, Jawa Barat.
Melansir dari artikel Tribunnews yang tayang pada 26 Oktober 2021, Teh Kewer yang hampir hilang dan ditinggalkan masyarakat kini memiliki popularitas tinggi, bahkan didapuk sebagai welcome drink atau minuman selamat datang bagi para wisatawan yang berkunjung ke Desa Sukalaksana.
Kombinasi KUR dan pembinaan yang diberikan BRI demi keberlangsungan UMKM di Desa menjadi kunci, bahkan memiliki peran yang besar dalam terciptanya klaster Teh Kewer di Desa Sukalaksana.
“Peran BRI sangat besar sekali, sangat membantu sekali bagi para pelaku UMKM,” ujar Siti Julaeha, seorang pengelola UMKM Desa Sukalaksana.
Keseluruhan produk pinjaman yang dihadirkan tersebut menjadi wujud dukungan BRI kepada para pelaku UMKM Indonesia agar dapat naik kelas dan berdaya saing, sehingga mendorong percepatan pemulihan ekonomi nasional dari dampak pandemi yang terjadi saat ini.
Penulis: Nurfina Fitri Melina | Editor: Firda Fitri Yanda