Harga Pertamax Disebut Berpotensi Naik, Bagaimana Tanggapan Konsumen?
Pertamina terakhir kali menaikkan harga Pertamax 2 tahun lalu, yaitu sekitar awal Februari 2020.
Penulis: Malvyandie Haryadi
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews, Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Jika dibandingkan bahan bakar minyak (BBM) SPBU swasta seperti Shell yang berkali-kali naik, Pertamax hingga saat ini masih bertahan dengan harga sekitar dua tahun lalu.
Pertamina terakhir kali menaikkan harga Pertamax 2 tahun lalu, yaitu sekitar awal Februari 2020. Bahkan sebelum pandemi biasanya dilakukan review harga setiap 2 minggu sekali.
Padahal, sejak awal Februari 2022 kompetitor sudah mengerek harga menyesuaikan fluktuasi harga minyak dunia.
Misal pilihan RON 92 lainnya seperti Shell Super Rp 12.990, VIVO Revvo 92 Rp 11.900 dan BP 92 Rp 12.860 Karena hal tersebut, berembus kabar kalau Pertamax bakal ada penyesuaian harga alias kenaikan.
Bagaimana respons konsumen pemakai Pertamax jika harga meningkat? Salah satu komentar datang dari pembalap nasional Tomi Hadi yang menilai wajar, jika nanti Pertamina menaikkan harga BBM RON 92 tersebut.
Baca juga: Harga Pertamax Berpotensi Naik, Komunitas Otomotif: Sepanjang Kualitasnya Lebih Baik, Tidak Masalah
“Sudah lama sekali Pertamax tidak naik. Jadi wajar kalau nanti Pertamina akan menyesuaikan harganya. Yang pasti, kalau pun disesuaikan, saya tidak akan pindah ke BBM lain,” tegas Tomi di Jakarta, Senin (7/2/2022).
Menurut pembalap andalan Gazpoll Racing Team itu, soal harga memang relatif.
Disandingkan dengan BBM beroktan lebih rendah, misalnya, meski BBM RON 92 tersebut dijual lebih tinggi, tetapi sangat andal dalam merawat mesin.
Baca juga: Pertamina Tetap Sediakan Pertalite Hingga Tahun Depan, Dirut: Bertahap Dorong Pemakaian Pertamax
“Jadi, harga memang sebanding dengan kualitas. Kalau BBM RON rendah, bisa jadi berpengaruh kurang baik ke mesin. Biaya maintanance juga jadi lebih mahal. Makanya kalau dihitung-hitung, dengan keunggulannya itu Pertamax sebenarnya memang cukup murah,” kata dia.
Tomi merasakan sendiri keunggulan BBM RON tinggi tersebut. Tidak hanya terhadap performa mesin, tetapi juga karena memiliki emisi rendah yang ramah lingkungan.
“Dari segi kualitas memang bagus. Juga ramah lingkungan untuk masa depan kita yang lebih hijau,” tambahnya.
Baca juga: Penggunaan Pertamax Bikin Pembakaran Lebih Sempurna, Mesin Lebih Bersih
Menurut Tomi, yang pada November lalu mencetak sejarah sebagai pembalap pertama yang mencoba Sirkuit Mandalika, dirinya memang sudah lama memakai Pertamax.
Selain untuk mobil balapnya, dia juga menggunakan untuk mobil klasiknya.
Sebelumnya, sejumlah komunitas otomotif tak masalah jika harga bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertamax dinaikkan.
Setelah sebelumnya Club Ayla Indonesia (CAI) tidak keberatan, kali ini dukungan datang dari Mercedes Benz W204 Club Indonesia (MB W204 CI).
“Saya puas dengan Pertamax. Saya mendukung kalau ada rencana harganya disesuaikan. Saya gak akan berpaling. Saya tetap beli karena memang the best untuk mobil saya,” tegas Presiden MB W204 CI, Rahmat Priana Mustafa kepada media, akhir pekan lalu.
Bagi member komunitas MB W204 CI, lanjut Rahmat, BBM RON tinggi tersebut memang membuat performa kendaraan menjadi optimal.
Selain itu, juga sangat ramah lingkungan, sehingga lebih positif untuk generasi mendatang.
“Dalam komunitas, kami sering berdiskusi tentang BBM. Selain itu, bengkel-bengkel yang biasa merawat kendaraan kami juga menganjurkan untuk memakai BBM oktan tinggi guna memelihara performa dan keawetan mesin serta menjaga lingkungan,” jelas Rahmat.
Untuk itulah Rahmat juga mengajak masyarakat, terutama yang berkecukupan dan peduli lingkungan, untuk turut menggunakan BBM jenis Pertamax tersebut.
Rahmat juga mengaku membagi pengalaman dengan member-member lain sebagai edukasi. “Kami akan sampaikan, bahwa BBM RON tinggi paling cocok bagi anggota MB W204 CI,” lanjut Rahmat.
Sementara Humas Club Ayla Indonesia (CAI) Adjie Sambogo mengatakan, kenaikan harga tidak akan berpengaruh terhadap konsumsi Pertamax.
Menurutnya, konsumen tentu membandingkan dengan harga RON sejenis yang dijual di SPBU swasta.
“Makanya, kami masih akan tetap menggunakan Pertamax. Asalkan itu tadi, tidak melonjak tajam dan tidak lebih tinggi dibandingkan SPBU asing,” imbuhnya.