Belum Mudah, Banyak Tantangan Menerbitkan Instrumen Keuangan Hijau
Terakhir, tantangan yang kelima yakni di masa lalu, semua pemangku kepentingan paham bahwa sustainable finance atau green economy
Penulis: Yanuar R Yovanda
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan, dari semua diskusi yang diakukan bersama pelaku pasar, ada banyak tantangan dalam menerbitkan green instruments atau instrumen keuangan hijau.
Deputi Komisioner Stabilitas Sistem Keuangan OJK Agus E Siregar mengatakan, tantangan pertama adalah kurangnya insentif terhadap penerbitan green bonds atau pembiayaan ke sektor hijau ini.
"Sebab, diperlukan tambahan prosedur untuk lakukan verifikasi. Menentukan ini benar-benar underlying-nya sektor hijau atau tidak," ujarnya dalam acara "Casual Talks: Scaling Up The Utilization of Sustainable Financial Instruments", Jumat (18/2/2022).
Baca juga: OJK Bicara Pengembangan Instrumen Keuangan Hijau Indonesia di G20
Kedua, dengan tambahan biaya tersebut baik untuk nanti verifikator independen dan lain-lain, membuat pricing atau harga penerbitan pembiayaan versi hijau sama dengan non hijau.
"Tapi, di pasar ternyata dengan segala usaha begitu berat, pricing dari green bonds itu sama saja dengan non greenbonds. Ini tantangan terbesar," kata Agus.
Ketiga, dalam konteks pengembangan ini yang perlu dipikirkan ke depan adalah bagaimana desain incentive structure secara baik.
Baca juga: Platform Kartu Prakerja Sediakan Fitur Konsultasi Keuangan dan Informasi Loker
"Adanya insentif yang baik ini supaya minat untuk menerbitkan green instruments atau green financing bisa lebih banyak ke depannya," tutur dia.
Keempat, di masa lalu, Indonesia belum memiliki standar mana sektor-sektor yang mendapat sebutan hijau dan nonhijau, sehingga ini penting agar semua pihak memiliki bahasa sama dalam mendesain pembiayaannya.
Baca juga: Perencana Keuangan: Dana JHT untuk Jaring Pengaman Pekerja Saat Butuh Dana di Hari Tua
Terakhir, tantangan yang kelima yakni di masa lalu, semua pemangku kepentingan paham bahwa sustainable finance atau green economy masih dalam tahap awal pengembangan.
"Namun, sekarang sudah dikembangkan dan alhamdulilah dalam G20, green economy jadi isu besar didiskusikan secara global," pungkas Agus.