Kedelai Mahal, Tempe di Warteg Bisa Seukuran Kartu ATM
Pedagang tidak mungkin menaikkan harga makanan di warteg, paling mengecilkan ukuran, bisa saja tempe seukuran kartu ATM.
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Harga kedelai yang selama ini menjadi bahan baku tempe dan tahu masih tetap melambung tinggi. Imbasnya, pedagang rumah makan seperti warung Tegal (Warteg) mengecilkan ukuran tempe dan tahu.
Ketua Komunitas Warteg Nusantara (Kowantara) Mukroni menyebut hal tersebut mau tidak mau harus dilakukan para pengusaha Warteg karena efek domino kenaikan harga kedelai sudah sangat terasa di masyarakat, tak terkecuali bagi kelompok pedagang.
"Karena para pedagang tidak mungkin menaikkan harga, paling mengecilkan ukuran, bisa saja tempe seukuran kartu ATM dan lainnya," ujar Mukroni saat dihubungi, Kamis (17/2).
Mukroni mengatakan, pedagang Warteg tengah terpukul. Ditambah kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 3, serta harga minyak goreng yang belum merata di pasaran.
"Harga minyak belum merata, Masih ada yang jual mahal," tutur Mukroni.
Ia meminta kepada pemerintah agar menjaga stabilitas harga di tengah terhimpitnya perputaran ekonomi para pedagang.
Baca juga: Harga Kedelai Naik, Perajin Tahu dan Tempe Akan Mogok Produksi Tiga Hari
"Dengan daya beli masyarakat yang belum pulih, pemerintah terus membantu UMKM untuk terus menstabilkan harga," imbuh Mukroni.
Sementara itu, perajin tempe dan tahu di Kabupaten, Brebes, Jawa Tengah, mengeluhkan harga kedelai yang semakin melambung tinggi.
Alhasil, mereka terpaksa menaikan harga jual tahu dan tempe di pasaran. Perajin tempe di Kelurahan Pasarbatang, Kecamatan Brebes, Nur Arifudin (43) mengungkapkan harga kedelai saat ini Rp 11.000 per kilogram, dari sebelumnya di bawah Rp 10.000.
Baca juga: Harga Tahu Tempe Merangkak Naik, PRIMA: Pemerintah Gagal Kendalikan Harga Kebutuhan Pokok
"Kenaikan harga kedelai terjadi sejak sekitar sebulan lalu yang awalnya masih di bawah Rp 10 ribu per kilogram," kata Nur.
Meski tak mengurangi ukuran tempe hasil produksinya, Nur terpaksa menaikan harga jual tempe menjadi Rp 11.000 per kilogram.
"Saya tidak mengurangi ukurannya, namun saya jual tempe Rp 11.000. Sebelum harga kedelai naik saya jual tempe Rp 10.000," kata Nur.
Baca juga: Harga Kedelai Terus Melejit, Perajin Tahu Tempe Menjerit
Nur mengaku tidak kesulitan mendapat bahan baku kedelai. Namun bukan membeli di koperasi seperti biasanya, melainkan beli di toko yang harganya lebih murah.
"Saya sudah lama tidak beli di Kopti (koperasi tahu tempe) lagi karena harganya lebih mahal dari harga pasaran," ungkapnya. Ia berharap, harga kedelai di pasaran bisa stabil. Sehingga ia pun tetap menjaga harga jual tempe.