Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Kedelai Mahal, Tempe di Warteg Bisa Seukuran Kartu ATM

Pedagang tidak mungkin menaikkan harga makanan di warteg, paling mengecilkan ukuran, bisa saja tempe seukuran kartu ATM.

Editor: Choirul Arifin
zoom-in Kedelai Mahal, Tempe di Warteg Bisa Seukuran Kartu ATM
Tribunnews/Jeprima
Pekerja menyiapkan pesanan nasi bungkus di sebuah kedai warteg di kawasan Ampera, Jakarta Selatan, Sabtu (6/11/2021). Tribunnews/Jeprima 

"Karena memang banyak yang tanya juga kenapa harganya naik," kata dia.

Senada disampaikan penjual tahu aci, Mandra (56), yang juga terpaksa menaikkan harga jual tahu sekaligus mengecilkan sedikit ukurannya.

Dikatakan Mandra, harga dari perajin tahu saja per loyangnya sudah naik menjadi Rp 32.000, dari semula Rp 31.000.

"Saya harus jual tahunya Rp 500 per bijinya," kata Mandra. Karena harga yang dinaikan dan ukuran yang diperkecil, Mandra mengaku omset harian sempat menurun.

"Konsumen memang jadi berkurang. Biasanya saya habis sampai 3 loyang, sekarang satu loyang saja kadang nggak habis," kata Mandra.

Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag) Oke Nurwan mengatakan harga tahu dan tempe akan naik beberapa bulan ke depan.

Imbas dari penurunan jumlah produksi kedelai di negara penghasil, kekurangan tenaga kerja, kenaikan biaya sewa lahan, dan inflasi 7 persen di Amerika Serikat.

Berita Rekomendasi

Namun Oke Nurwan memastikan stok kedelai nasional aman, meski terjadi kenaikan harga kedelai yang signifikan selama dua minggu terakhir.

"Menyikapi harga kedelai dunia yang masih cukup tinggi, Kemendag bersama seluruh pelaku usaha kedelai nasional akan terus berupaya menyediakan stok kedelai cukup untuk memenuhi kebutuhan industri perajin tahu dan tempe menjelang puasa dan Lebaran 2022," kata Oke.

Berdasarkan data Chicago Board of Trade (CBOT), harga kedelai pada minggu kedua Februari 2022 mencapai 15,77 dolar AS per bushels.

Harga ini diperkirakan terus naik hingga Mei yang mencapai 15,79 dolar AS per bushels dan mulai turun pada Juli sebesar 15,74 dolar AS bushels.

Kenaikan harga disinyalir akibat adanya kenaikan inflasi di negara produsen yang berdampak pada kenaikan harga masukan produksi, terjadi kekurangan tenaga kerja, dan kenaikan biaya sewa lahan.

Selain itu, disebabkan ketidakpastian cuaca di negara produsen yang mendorong petani kedelai menaikkan harga.

Total stok yang dimiliki Asosiasi Importir Kedelai Indonesia (Akindo) tercatat sebesar 300 ribu ton.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas