Saat Menteri Lutfi Tak Temukan Minyak Goreng Premium di Pasar Tradisional Makassar
Hingga saat ini kelangkaan minyak goreng terjadi hampir di semua tempat di Indonesia.
Editor: Hendra Gunawan
Warga yang membutuhkan, terutama emak-emak (ibu-ibu) harus berjuang keras dengan berbagai cara untuk mendapatkannya.
Misalnya saja, Sakila Andini (45) menempuh perjalanan 12 jam dari Sibolga Kabupaten Tapteng ke Kota Medan.
Sakila bersama lima temannya mengunjungi pusat perbelanjaan Lotte Mart Grosir yang berada di Jalan Gatot Subroto Kota Medan, Sumatera Utara, Rabu (16/2/2022).
Dari amatan tribun-medan.com, ia bersama rekannya beberapa kali menanyakan kepada petugas untuk pembelian minyak satu kardus.
Namun Petugas lotte tetap tidak mengizinkan pihaknya mengambil satu kardus minyak.
Karena tidak diperbolehkan petugas pun menganjurkan Sakila bersama rombongan membuat kartu member Lotte mart guna mendapatkan 4 liter minyak.
Sakila mengaku datang dari Kabupaten Tapteng karena di tempatnya hanya seminggu sekali baru ada.
"Udah tiga minggu ini minyak kosong. Sementara kita harus jualan gorengan pake minyak, belum untuk rumah sendiri," tuturnya.
Dikeluhkan Sakila juga bahwa harga minyak goreng di Sibolga bisa mencapai Rp 40 ribu.
"Udah adanya seminggu sekali harganya juga Rp 40 ribu," terangnya.
Dijelaskan Sakila bahwa memang ada harga Rp 14 ribu tapi itu hanya beberapa kali saja.
"Ada tapi itu sepertinya baru dua sampai tiga kali aja itupun di Alfamart atau Indomart kalau di pasar- pasar itu masih harga Rp 40 ribu dua liter," ucapnya.
Sakila juga mengaku bahwa pihaknya sempat tidak ikut mengantre pada saat ada minyak Rp 14 ribu.
"Kita tidak ikut mengambil karena kan menurut kabar yang beredar katanya bakalan selamanya segitu dan kemarin stok minyak kita masih cukup," terangnya.
Namun, setelah seminggu mengelilingi Kota Sibolga, Sakila dan rekan-rekannya mengaku kesulitan mencari minyak.
Maka dari itu pihaknya memutuskan untuk ke Kota Medan.
"Karena kabar minyak di Medan ada jadi mau tidak mau kita kesini hari ini. Itupun bukan mencari harga Rp 14 ribu tapi yang penting minyak ada," jelasnya.
Setibanya di Kota Medan ternyata Sakila mendapatkan minyak seharga Rp 14 ribu.
"Syukur sekali karena dapat minyak seharga Rp 14 ribu rencana mau ambil sekardus untuk jualan tapi tidak diperbolehkan hanya bisa ambil 4 liter minyak goreng," ucapnya.
"Itupun harus menjadi member Lotte Grosir dulu dan prosedurnya tadi lumayan ribet untuk kita yang udah tua seperti ini," terangnya.
Namun, agar bisa mendapatkan minyak dengan harga Rp 14 ribu, Sakila pun tetap mengikuti aturan yang ada.
Selain itu, Sakila juga mengatakan bahwa program pemerintah terkait minyak Rp 14 ribu ini mempersulit masyarakat bukan malah membantu.
"Dengan adanya minyak Rp 14 ribu masyarakat malah melakukan berbagai cara untuk dapat menyetok minyak sama seperti penggunaan masker awal-awal Covid dahulu," paparnya.
Sakila yang datang bersama lima orang temannya dari Sibolga ini juga mempertanyakan sebab sulitnya minyak di Kabupaten Tapteng khususnya Kota Pandan dan Sibolga.
"Jadi kemana minyak itu semua, apa mungkin ada masyarakat yang lakukan penyetokan minyak di rumahnya," terangnya.
Untuk itu ia berharap agar pemerintah Sumut untuk memantau dan mengawasi pemasokan minyak goreng di Kabupaten Tapteng.
"Karena kami yang berjualan gorengan sangat kesulitan mendapat minyak harapannya harga minyak standar saja tidak terlalu murah dan mahal agar masyarakat tidak menyetok minyak sangat banyak di rumahnya," tukasnya.
Celupkan Tinta di Kelingking
Soal kegigihan, tak ada yang menandingi para ibu. Itu pula yang terlihat di supermarket di Jalan Raya Lanud Sugiri, Sukani, di Kecamatan Jatiwangi, Kabupaten Majalengka, Selasa (15/2) siang.
Mereka rela antre hingga berjam-jam lamanya, hanya untuk satu atau dua liter minyak goreng murah.
Minyak goreng murah memang menjadi barang yang langka hari-hari ini. Kalau pun ada, harganya Rp 20 ribuan seliternya, bahkan lebih.
Minyak goreng murah yang harganya Rp 14 ribu seliter hanya ada di beberapa tempat saja, dan itu pun tak banyak, sehingga pembelian pun dibatasi.
Antrean ibu-ibu yang hendak membayar minyak goreng murah juga terlihat di depan meja kasir.
Untuk mempercepat pembayaran, petugas satuan pengamanan supermarket bahkan ikut mengatur.
Ibu-ibu diminta berbaris rapi sambil terus menjaga jarak. Dua jalur ke meja kasir, sama ramainya.
Imah (56), warga Desa Ciborelang, Kecamatan Jatiwangi, mengaku mulai mengantre di depan Supermarket sejak pukul 06.00 WIB.
Ia baru bisa membeli minyak goreng kemasan sekitar pukul delapan pagi saat supermarket buka.
"Saya sengaja datang pagi-pagi biar dapat minyak, takut kehabisan kalau telat," ujar Imah.
Setelah mengantre sekitar dua jam, Imah hanya bisa membeli sebungkus minyak goreng dengan kemasan dua liter.
"Harganya selitarnya Rp 14 ribu," sebutnya.
Imah berharap, kondisi seperti ini bisa segera berlalu.
"Harapannya semoga enggak kayak gini lagi. Mudah-mudahan cepet biasa lagi, bisa belanja nyaman, enggak perlu dateng pagi-pagi buat beli minyak goreng," ujarnya.
Sama senada dikatakan Sinta (26). Ia bahkan rela datang jauh-jauh dari rumahnya di Desa Ligung, Kecamatan Ligung, Kabupaten Majalengka.
Seperti pembeli lainnya, ia juga dibatasi hanya bisa membeli maksimal 2 liter minyak goreng kemasan harga Rp 14 ribu per liternya.
"Saya tahu kalau di sini (supermarket Jatiwangi) ada jual minyak. Ya sudah saya datang tadi pagi-pagi jam 06.30 WIB, Alhamdulillah dapat jam 08.30 WIB," jelas Sinta.
Buyer supermarket tersebut, Mila Aryani, mengatakan setiap hari mereka menyediakan 100-200 karton minyak goreng.
Ia memastikan, tak ada kelangkaan minyak goreng seperti yang ramai dibicarakan masyarakat akhir-akhir ini.
"Sebenarnya bukan langka si, setiap hari kita sediakan 100 hingga 200 karton. Tapi itulah, ketika datang, habis lagi dalam waktu satu jam," katanya.
Agar tak ada konsumen yang nakal datang berkali-kali membeli minyak goreng, pihak supermarket melakukan penandaan. Setiap pembeli diminta mencelupkan jari kelingkingnya ke tinta, seperti saat pemilu. (Tribun Timur/Tribun Medan/Tribun Jabar/Kompas.com)