Dana Pemda Mengendap di Bank Semakin Membengkak, Anggaran Perjalanan Dinas ASN Meroket
Pada penghitungan Januari 2022 ada dana pemerintah daerah (pemda) Rp 157,9 Triliun masih berada di bank dan belum dipergunakan.
Editor: Muhammad Zulfikar
"Sedangkan, pada Januari 2021, yang waktu itu sesudah Natal dan tahun baru terjadi lonjakan Covid-19," kata Sri Mulyani.
Baca juga: Perjalanan Permenaker soal JHT: Diteken Menaker hingga Kini Diminta Jokowi untuk Direvisi
Adapun secara keseluruhan pada Januari 2022, pemerintah telah membelanjakan anggaran Rp 127,2 triliun, dengan rincian untuk belanja kementerian dan lembaga (KL) mencapai 21,8 triliun.
"Lalu, belanja non KL sangat tinggi Rp 50,4 triliun, menunjukkan APBN menjadi pelindung dari masyarakat terhadap tekanan kenaikan dari energi, dan juga dari sisi kesehatan. Ini menggambarkan dari APBN berperan penting sebagai instrumen pelindung masyarakat karena guncangan dunia ini masih terjadi dari berbagai segi," tuturnya.
Sri Mulyani menambahkan, komponen belanja negara lainnya yakni realisasi transfer ke daerah sudah dilaksanakan sebesar Rp 54,9 triliun pada Januari 2022.
"Ini karena ketika menyalurkan DAU (dana alokasi umum) dan DBH (dana bagi hasil) yang lebih baik," ujar Sri Mulyani.
Terkait aktivitas perekonomian Indonesia pada Januari 2022 dinilai Menkeu masih kuat dari indikator konsumen maupun produksi. Karena itu, Sri Mulyani meramalkan ekonomi Indonesia bisa tumbuh hingga 5,5 persen di sepanjang 2022.
"Saat ini, Kementerian Keuangan masih melihat tahun 2022, kita akan tumbuh pada kisaran 4,8 persen hingga 5,5 persen," ujarnya.
Sementara, IMF memprediksi tahun 2022 ini Indonesia akan tumbuh 5,6 persen, World Bank 5,2 persen, OECD 5,2 persen, dan konsensus oleh Bloomberg adalah di 5,2 persen.
"Kita melihat memang ada faktor upside, tapi juga kita melihat ada faktor risiko downside. Ini yang akan menjadi perhatian kita di dalam menjaga momentum pemulihan ekonomi tahun 2022," kata Sri Mulyani.
Pemulilhan ini dinilainya harus dijaga, di mana kuartal IV tahun lalu dengan pertumbuhan ekonomi kembali di atas 5 persen, menggambarkan bahwa pemulihannya sudah pada ritme dan arah yang tepat.
"Tentu kita harus menjaganya karena ini bukan merupakan suatu jaminan, di mana tantangan ke depan entah itu berasal dari pandemi maupun dari disrupsi sisi supply. Lalu, tantangan dari komoditas maupun geopolitik, serta kenaikan inflasi serta suku bunga dunia harus menjadi perhatian kita pada 2022
ini," pungkasnya. (Tribun Network/van/wly)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.