Modal Utama Bisnis Properti Bukan Uang, Melainkan Nama Baik dan Reputasi
dalam mengelola bisnis properti yang utama adalah menjaga reputasi dan nama baik.
Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bisnis properti umumnya melibatkan banyak pihak yang berkontribusi dalam menciptakan suatu hunian atau tempat yang layak untuk disinggahi.
Dibutuhkan perencanaan yang matang serta cash flow yang aman dalam menggarap project tertentu dalam kurun waktu yang sudah ditentukan.
Direktur di PT Sarana Abadi Raya (SAR) dan komisaris di PT ERA Integrity Dhiraj Kelly Sawlani membagikan 5 kiat bertahan dan bertumbuh dalam merintis sebuah bisnis.
Baca juga: Krakatau Sarana Properti Bantu Percepat Vaksinasi Booster di Kawasan Industri Cilegon
1. Melihat Peluang
Sebelum memiliki proyek sendiri, Dhiraj berbisnis kontruksi atau membangunkan rumah pengembang.
"Saat bisnis konstruksinya yang terkendala karena proyek yang dikerjakan kami memutar otak dengan menciptkan produk sendiri dan menjadi pengembang," katanya.
Setelah project sudah jadi, kami memasarkannya melalui perusahaan properti,” ujarnya.
Prinsip ini dilakukan saat dirinya membangun Griya Wantilan Residence yang berlokasi di Kalijati, Subang, yakni perumahan seluas 50.000 m2 dengan jumlah 400 rumah subsidi dan 100 rumah komersil.
Baca juga: Pembangunan Mandeg Tak Sesuai yang Dijanjikan, Konsumen Properti Bisa Kritisi Developer
2. Jaga Reputasi
Dhiraj menambahkan bahwa dalam mengelola bisnis properti yang utama adalah menjaga reputasi dan nama baik.
“Dalam bisnis apapun, diperlukan strategi untuk bisa meminimalisir kegagalan. Ketika gagal, bukan hanya uang yang terdampak, melainkan juga bisa berimbas kepada nama baik dan reputasi,” tambahnya.
Dhiraj memiliki prinsip bahwa sebagai pengusaha di bidang properti harus memberikan pelayanan terbaik dan melakukan pembayaran ke supplier sesuai ketetapan.
Hal ini merupakan integritas yang mesti dipertahankan. Kiat agar bisa bertahan dan bertumbuh adalah dengan berani untuk memulai.
“Kalau dari saya, mulai dulu baru merencanakan. Bikin dulu perusahaannya, setidaknya tahu dibidang mana mau bergerak. Setelahnya baru fokus merencanakan, ini pondasinya karena gagal merencanakan artinya merencanakan kegagalan,” ungkap Dhiraj.
Baca juga: Investasi Properti Asia Pasifik Capai Rp 2.531 Triliun, Balik ke Level Sebelum Pandemi
3. Mengenali Kendala Bisnis
Dhiraj menambahkan bahwa teori tetap penting digunakan untuk merencanakan strategi.
Maka ia berkuliah lagi dan menyelesaikan Program Doktor of Research Management (DRM) di Bina Nusantara University.
Pengalaman di lapangan telah memberinya banyak pemahaman dalam mengelola bisnis.
Ia menambahkan kalau pelajaran di dunia akademisi memberinya gambaran kegagalan orang lain yang mesti ia hindari.
Pertanyaan bagi banyak para pemula di bidang konstruksi dan properti yaitu: Apakah lokasi menjadi persoalan utama dalam bisnis properti?
“Betul lokasi menentukan, namun dalam perjalanannya perlu upaya lebih dari segi pemasaran. Ada kendala lain di dunia properti. Pertama, bisa jadi konsumennya ini punya BI Checking yang kurang baik.
Kedua, konsumen dengan status karyawannya bukan tetap tapi kontrak. Ketiga, masa kerja kurang dari 2 tahun. Dan terakhir biasa disebabkan akibat rasio pengeluaran > 30% dari pendapatan.”
Namun pemecahan masalah kondisi tersebut menurutnya bisa dilakukan dengan mengedepankan strategi jitu pemasaran digital maupun offline.
Dengan selalu memperluas pasar, mencari prospek sebanyak-banyaknya, dan mencari customer yang sudah komit dengan melakukan booking fee paling tidak 10 persen.
4. Masuk Ke Ranah Pemasaran Digital
Dua aspek yang dikedepankan dalam keputusan pembelian online adalah kualitas website dan kepercayaan dari pengguna layanan. Lalu bagaimana dalam membangun kepercayaan?
Perusahaan perlu menampilkan website yang menarik, profesional dan bagus hingga menimbulkan image yang tidak bisa diragukan lagi.
“Misi saya dalam melangkah di dunia digital adalah dengan merapikan infrastruktur digital. Perusahaan kami memastikan web terenkripsi dengan baik, domain sudah https, artinya sudah secure. Kemudian dari segi kepercayaan, gunakan email berdomain perusahaan. Penguasaan teknologi ini penting dalam keputusan memasarkan secara online,” tambah Dhiraj.
Dhiraj mengaku telah banyak melakukan berbagai kegiatan dalam bentuk digital termasuk melakukan iklan berbayar dalam memperluas pasar.
5. Mengedepankan Customer Relationship Management (CRM).
Dalam memetakan pemasaran yang menarik, ia menerapkan beberapa langkah untuk mencapai hasil maksimal. Salah satunya adalah Customer Relationship Management (CRM), dengan mempertahankan customer yang sudah ada.
“Mencari customer baru (acquisition) merupakan bagian dari CRM, maka dari itu perlu ada pendekatan yang menarik. Misalnya memikirkan bagaimana caranya agar harga tidak naik tapi kualitas meningkat, berarti harus ada value engineering-nya di sana,” ujarnya.
Setelah CRM sudah terlaksana, maka langkah selanjutnya adalah inovasi produk. Menurut Dhiraj, fasad harus memiliki selera dimana mutu tetap harus selalu dijaga. Apabila menggunakan bahan baku murah tapi pada prinsipnya tidak murahan.
“Ini sudah umum di bidang konstruksi dan pembangunan yaitu Zero accident, tidak boleh ada kecelakaan sekecil apapun. Sertifikasi K3 dan sebagainya harus dipenuhi, artinya harus mengedepankan aspek keamanan sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI) dalam ranah konstruksi atau properti. Kita harus memperhitungkan pengeluaran tersebut sebagai investasi, bukan biaya produksi belaka,” katanya.