Perang di Ukraina Berpotensi Bikin Bank Sentral Amerika Tak Agresif Dalam Pengetatan Kebijakan
Perang yang terjadi di Ukraina memicu spekulasi bahwa Federal Reserve mungkin kurang agresif dalam pengetatan kebijakan pada pertemuan Maret
Penulis: Yanuar R Yovanda
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden Bank Federal Reserve San Francisco Mary Daly memperkirakan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed perlu menaikkan suku bunga setidaknya empat kali tahun ini.
Bahkan kemungkinan lebih, untuk menghentikan inflasi yang tinggi agar tidak semakin buruk karena ditambah adanya konflik geopolitik antara Rusia dan Ukraina.
"Perang yang terjadi di Ukraina memicu spekulasi bahwa Federal Reserve mungkin kurang agresif dalam pengetatan kebijakan pada pertemuan Maret," ujar Analis pasar modal Hans Kwee dalam risetnya, Senin (28/2/2022).
Baca juga: Putin Siagakan Pasukan Nuklir, Rusia-Ukraina Siap Gelar Dialog Damai
Sementara, menurut Alat FedWatch CME ekspektasi untuk kenaikan suku bunga 50 basis poin turun menjadi sekira 31 persen dari sekira 45 persen sepekan lalu.
"Federal Reserve AS diperkirakan akan mulai menaikkan suku bunga bulan depan dan tidak akan melambat hingga 2023. Namun demikian laju kenaikannya diperkirakan akan lebih landai," kata Hans.
Dia menambahkan, peristiwa selama sepekan terakhir, termasuk pernyataan dari beberapa pejabat Fed, dan gejolak geopolitik, telah meyakinkan pasar bahwa pergerakan suku bunga pertama hanya akan sebesar seperempat poin.
Baca juga: Bisnisnya Terancam Sanksi, Dua Miliarder Rusia Minta Putin Hentikan Perang di Ukraina
"Pernyataan dari kepala ekonom JPMorgan Chase Bruce Kasman yang memperkiraannya pada sembilan rapat berikutnya, The Fed akan menaikkan suku bunga," pungkasnya.