Viva Energy Australia Berhenti Membeli Minyak Mentah dari Rusia
Pemasok bahan bakar Australia, Viva Energy bergabung dengan perusahaan-perusahaan lain yang memutuskan hubungan perdagangan dengan Rusia
Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, California - Pemasok bahan bakar Australia, Viva Energy bergabung dengan perusahaan-perusahaan lain yang memutuskan hubungan perdagangan dengan Rusia, setelah Vladimir Putin itu menginvasi Ukraina.
Perusahaan ini menyatakan pada Selasa (7/3/2022) akan berhenti membeli minyak mentah dari Rusia.
Sejumlah perusahaan melakukan tindakan untuk membatasi, menunda bahkan keluar dari kegiatan bisnis mereka di Rusia, menyusul serangkaian sanksi yang didapat negara tersebut.
Baca juga: Kapal Tanker Minyak SCF Milik Rusia Dilarang Berlabuh di Kanada
Sementara itu melansir dari Reuters.com, juru bicara perusahaan perminyakan Australia lainnya, Ampol mengatakan perusahaan tersebut belum membeli minyak mentah atau produk Rusia lainnya sejak konflik dimulai.
Viva Energy mengungkapkan pihaknya terkejut dengan konflik yang terjadi di Ukraina, sedangkan Ampol mengutuk serangan yang dilakukan Rusia pada Ukraina, dan mendukung sanksi internasional yang diberikan kepada Rusia.
Kedua perusahaan ini mengatakan mereka akan mendapat minyak mentah dari banyak negara yang berbeda dan akan mempertahankan pasokan karena pasar energi transportasi Australia terlalu bergantung pada pasokan minyak mentah dari Rusia.
Ampol menyebut rantai pasokan produk di Australia biasanya beroperasi tanpa produk minyak dari Rusia.
Baca juga: Konflik Rusia-Ukraina Picu Ketidakstabilan Perdagangan hingga Kegiatan Ekspor China
Namun perusahaan ini juga mengakui, peristiwa di Ukraina dan sanksi internasional pada Ukraina telah memberikan tekanan pada harga minyak global dan mulai berdampak pada harga bahan bakar eceran di Australia.
Sedangkan Amerika Serikat dan Eropa dilaporkan sedang mempertimbangkan untuk melarang impor minyak Rusia yang berimbas pada melambungnya harga minyak ke level tertinggi sejak tahun 2008, pada Senin (6/3/2022) lalu.