Mahasiswa hingga Pembudidaya Udang Punya Kesempatan Ikut Program Institut Maritim
Salah satu hal yang menjadi tantangan Indonesia dalam memajukan industri tambak udang ada pada kesiapan sumber daya manusia.
Penulis: Wahyu Aji
Editor: Muhammad Zulfikar
“Bukan sekedar pelatihan biasa, akan ada learning outcome yang jadi target utama, serta pengetahuan teori dan lapangan yang sudah dikurikulumkan dalam standar S1 dan D3,” ujarnya.
Selain para akademisi dari kampus yang terlibat, struktur pengajar dalam Delos Maritim Institut ini diperkuat dengan kehadiran praktisi handal dan para ahli di bidang budidaya udang.
Pembukaan seleksi di tiap universitas yang bergabung dengan DMI ini akan dilakukan di akhir bulan Maret 2022 untuk menyaring sepuluh mahasiswa tingkat akhir.
Dr Julie yang juga merupakan dosen di departemen budidaya perairan IPB ini mengungkapkan bahwa untuk kualifikasi yang menjadi acuan penilaian adalah tugas pembuatan video yang berisi motivasi mengikuti program DMI dan juga latar belakang keluarga pembudidaya atau nelayan.
“Latar belakang ini menjadi penting sebab biasanya mereka punya nilai lebih karena besar dalam keluarga tambak atau nelayan,” ujar Julie.
Mereka yang lolos seleksi akan diberikan kelas teori selama dua minggu lamanya.
Setelah itu, berlanjut ke program training di lapangan kelima titik tambak udang yang menjadi kemitraan Delos, diantaranya di wilayah Garut, Lampung, Banyuwangi, Pontianak, dan Aceh selama 4 bulan.
Di akhir program ini nantinya para pemagang harus memberikan presentasi hasil kerja sebagai bahan untuk evaluasi.
“Peserta akan disebar maksimum dua pemangan per lokasi, untuk ditempatkan pada posisi Farm Manager dan laboratorium. Untuk program DMI ini tidak dipungut biaya dan bahkan para pemagang diberikan uang saku selama program berlangsung,” ujar Julie.
Baca juga: Potensi Budidayanya Besar, Indonesia Bisa Dongkrak Volume Ekspor Udang ke AS
Dengan adanya DMI, Guntur Mallarangeng berharap Indonesia akan semakin siap kedepannya untuk menjadi eksportir terbesar udang.
Dengan garis pantai sepanjang 54.000 km, sumber daya manusia pesisir yang melimpah, serta iklim tropis yang menunjang, sudah seharusnya Indonesia mampu menjadi pemimpin global untuk akuakultur yang berkelanjutan.
Delos yang berangkat dari tambak udang konvensional Dewi Laut Aquaculture (DLA) dan sekaligus perwujudan digitalisasi dari Alune Aqua, berharap dapat membantu para petambak udang nusantara berevolusi biru menuju modernisasi tambak.
Di mana industri yang didominasi oleh cara tradisional dan terfragmentasi, dapat bertransformasi menjadi tambak modern dan sistematis berbasis ilmiah.
Delos memadukan ilmu pengetahuan, teknologi, dan praktik manajemen yang baik untuk meningkatkan produktivitas tambak udang dan meningkatkan hasil di atas rata-rata, hingga menjadikan Indonesia negara yang memiliki industri budidaya nomor satu di dunia.