Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Para Penemu Kerap Terkendala Pada Level TRL 7 Dalam Komersialisasi Hasil Penelitian

Ketua Umum Asosiasi Inventor Indonesia (AII), Didiek Hadjar Goenadi menganalogikan kondisi TRL 7-8 sebagai lembah kematian (death valley) bagi invento

Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Whiesa Daniswara
zoom-in Para Penemu Kerap Terkendala Pada Level TRL 7 Dalam Komersialisasi Hasil Penelitian
m.kompas.com
perkebunan kelapa sawit 

Laporan wartawan Tribunnews.com, Fahdi Fahlevi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Umum Asosiasi Inventor Indonesia (AII), Didiek Hadjar Goenadi mengungkapkan para penemu atau inventor kerap terkendala pada kesiapan terapan teknologi atau Technology Readiness Level (TRL) 7.

Didiek menganalogikan kondisi TRL 7-8 sebagai lembah kematian (death valley) bagi inventor.

"Ini yang menjadi kendala para inventor dalam komersialisasi produk, berhenti di TRL 7, padahal industri atau investor maunya kerja sama jika hasil penelitian sudah TRL 8-9," kata Didiek melalui keterangan tertulis, Senin (21/3/2022).

Hasil penemuan pada level 7, kata Didiek, artinya siap dikomersialisasi, tetapi belum sampai produk jadi. Masih butuh beberapa penelitian lagi untuk sampai TRL tertinggi, yaitu 8-9.

Baca juga: Komisi VI DPR akan Panggil Pengusaha Sawit dan Distributor Minyak Goreng

Baca juga: Harga Minyak Goreng Dilepas, Mendag Cabut Peraturan DMO Minyak Sawit

Didiek mengungkapkan pihaknya berupaya membantu para inventor agar tak terjadi lagi syndrome of the death valley.

AII, kata Didiek, akan mempertemukan para inventor dengan investor untuk hilirisasi produk agar lolos dari 'syndrome of the death valley' tersebut.

Berita Rekomendasi

Didiek mengungkapkan ada 13 inventor periset Grand Riset Sawit (GRS) untuk hilirisasi hasil penelitian, yang didanai Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS).

"Kami harap kegiatan ini menarik bisa banyak investor baik perusahaan maupun perorangan untuk menjadi mitra inventor dalam komersialisasi hasil penelitian," kata Didiek.

Hasil penelitian yang akan dipromosikan melalui webinar pada 30 Maret mendatang seputar manfaat teknologi baru untuk kelapa sawit.

Produknya spesifik karena penelitian tersebut selesai didanai BPDPKS sejak 2015 hingga 2019.

Baca juga: Pemerintah Gonta-ganti Kebijakan Sawit, Ekonom Khawatirkan Ditekan Oleh Konglomerat

Baca juga: Pengusaha Kelapa Sawit Anggap Kebijakan Mendag Soal DMO 30 Persen Berlebihan

Dirinya menyebut ada sekitar 138 invensi yang selesai pendanaannya oleh Grand Riset Sawit BPDPKS tahun 2015-2019.

Dari jumlah itu, berdasarkan hasil valuasi oleh tim ahli, ada 13 invensi yang sudah TRL 6-7  dan dinyatakan siap untuk komersialisasi produk.

"Jadi AII tidak melakukan seleksi dengan kriteria sendiri, tetapi mengikuti standar yang berlaku secara internasional.lewat penilaian TRL mulai dari angka 1 hingga 9," tuturnya.

Prof Didiek mengungkapkan, hingga kini sudah ada beberapa investor yang berminat pada hasil penelitian para inventor yang diwujudkan dalam letter of intent (LoI), lalu dilanjutkan ke tahap tandatangan kerja sama (MoU) dan SPK.

"Semoga investor yang sudah menyampaikan LoI bisa segera ditingkatkan menjadi MoU dan SPK. Setelah itu dilakukan persiapan pasarnya. Sehingga produk tersebut memiliki nilai ekonomi yang riil," ujarnya.

Baca juga: Hilirisasi Industri Pengolahan Kelapa Sawit Bikin Ekspor Meningkat Signifikan

Baca juga: Bengkulu yang Jadi Lumbung Sawit, Minyak Goreng Langka, Harganya Tembus Rp 40.000 Per Liter

Ada 13 hasil penelitian yang dapat menarik perhatian untuk dikomersialisasikan para investor.

Pertama, penelitian berjudul lawan serangan jamur ganoderma pada kelapa sawit dengan drone.

Kedua, dari limbah kelama sawit jadi material hebat nano crystal. Ketiga, plastik dari limbah sawit yang bisa terurai alami. Keempat, busa pemadam kebakaran dari minyak sawit.

Kelima adalah timah organik dari residu minyak sawit membuat pipa PVS bebas timbal. Keenam, dari biomassa ke biorefineri menjadi bioenergi.

Ketujuh, kayu lapis dari batang pohon sawit. Kedelapan, kilang nabati mengubah batang pohon sawit jadi gula dan karbohidrat.

Kesembilan, produksi suplemen pakan ternak lemak kalsium berbahan baku PFAD.

Kesepuluh, MDAG bahan makanan sehat berbasis sawit. Kesebelas, pupuk bio-silika untuk kelapa sawit agar tahan kekeringan.

Keduabelas, revolusi cara menentukan waktu panen kelapa sawit. Dan ketigabelas adalah sortir dan grading cepat buah sawit dengan pencitraan spektral.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas