Komisi X DPR Dorong Peningkatan Keterampilan Dosen dari Aplikasi Belajar Farmasi
Hal tersebut merupakan upaya untuk pemenuhan tenaga kesehatan, peningkatan capaian pendidikan, penanggulangan ketergantungan impor
Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Dennis Destryawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Komisi X DPR RI dan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) mendukung program dari aplikasi belajar farmasi, Obat Apps, terkait Mobility Program.
Program tersebut, untuk mengasah kemampuan softskill dosen dan mahasiswa. Obat Apps bekerja sama dengan kampus mitra yang tersebar di seluruh Indonesia, Asosiasi Pendidikan D3 Farmasi Indonesia (APDFI), serta Kemendikbudristek).
Hal tersebut merupakan upaya untuk pemenuhan tenaga kesehatan, peningkatan capaian pendidikan, penanggulangan ketergantungan impor obat dan alat kesehatan.
Baca juga: Dirikan Nama Baru, i-PRO Kini Berkantor Pusat di Singapura
Wakil Ketua Komisi X DPR RI Hetifah Sjaifudian memberikan apresiasi atas program ini. Hetifah menjelaskan bahwa praktik Mobility Program yang mulai dijalankan ini merupakan langkah konkret yang menghubungkan antara dunia industri farmasi dan kampus.
“Link and match dari beragam pemangku kepentingan ini perlu terus disupport agar kebutuhan masing-masing pihak seperti penyerapan tenaga kerja farmasi, munculnya inovasi, maupun transfer pengetahuan dan teknologi berjalan secara berkelanjutan,” ucap Hetifah dalam keterangannya, Kamis (31/3/2022).
Baca juga: Pemerintah Dorong Produk Farmasi dengan TKDN Tinggi Melalui Business Matching
Lebih lanjut, menurut Tim Kurikulum dan program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), Ludfi Djajanto, konsep Mobility Program yang dijalankan oleh Obat Apps bersama kampus farmasi yang bermitra tersebut berjalan selaras dengan kebijakan MBKM dimana pembelajaran yang lebih kaya dengan pengalaman, hingga mampu mengupayakan reformasi manajemen dan tata kelola perguruan tinggi.
“Program ini merupakan ide segar bagi kampus kesehatan yang pada mulanya tidak kami wajibkan dalam program MBKM,” terang Ludfi.
Mengingat peran perguruan tinggi menjadi penting untuk meningatkan daya saing bangsa, baik sebagai wadah untuk menunjang pembangunan berkelanjutan, penyiapan SDM yang kreatif dan produktif, serta tulang punggung inovasi, sehingga program ini dapat dikembangkan ke seluruh Indonesia.
Baca juga: Ahli Farmasi: Di Indonesia Ganja Punya Efek Merugikan Lebih Besar Dibandingkan Manfaatnya
”Program pertukaran ini tidak hanya mengimprove skills, tetapi juga meningkatkan jiwa nasionalisme kita melalui pembelajaran budaya, tenggang rasa, dan lainnya,” imbuh Hetifah.
Co-Founder sekaligus Chief Executif Officer (CEO) PT. Obat Inovasi Indonesia yang menaungi OBAT Apps, Ridho M. Sakti, berharap agar program tersebut berjalan secara berkelanjutan.
Sehingga bisa memberi kesempatan kepada mahasiswa maupun dosen farmasi di seluruh Indonesia untuk mendapatkan pengalaman dan arahan praktik kerja yang lebih relevan dan melakukan transfer pengetahuan.
Baca juga: Stok Masih Banyak, GP Farmasi: Anggota Kami Mulai Ribut, Obat Covid-19 Ini Mau Dikemanakan?
Sebelumya, 11 mahasiswa dan 6 dosen terpilih dari 6 kampus D3 Farmasi ini telah mengikuti program pertukaran dosen dan mahasiswa yang diadakan sejak 20-27 Maret 2022.
Adapun peserta yang turut serta berasal dari Universitas Muhammadiyah Banjarmasin, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) ISFI Banjarmasin, STIKES Samarinda, Akademi Farmasi Mitra Sehat Mandiri Sidoarjo, Akademi Farmasi Yarsi Pontianak, dan Akademi Farmasi Indonesia Yogyakarta.