Keluar dari Kesepakatan UE, Hongaria Siap Bayar Gas Rusia dalam Rubel
Perdana Menteri Hungaria Viktor Orban mengumumkan akan membayar impor gas dari Rusia dalam mata uang rubel.
Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, BUDAPEST - Perdana Menteri Hungaria Viktor Orban mengumumkan akan membayar impor gas dari Rusia dalam mata uang rubel.
Keputusan ini diumumkan pada Rabu (6/4/2022) kemarin dan dinilai melanggar kesepakatan dengan anggota Uni Eropa (UE), yang terus menentang permintaan Rusia, untuk membayar gas Rusia dalam bentuk mata uang rubel.
Viktor Orban yang meraih posisi Perdana Menteri Hongaria untuk keempat kalinya dalam pemilihan yang dilakukan hari Minggu (3/4/2022) kemarin, berjanji untuk menjaga keamanan pasokan gas Hongaria.
Sebelumnya, Presiden Rusia Vladimir Putin telah menerapkan langkah pembalasan terhadap sanksi Barat, dengan memberikan peringatan akan memotong pasokan gas kepada negara yang enggan membayar gas mereka dalam bentuk Rubel.
Melansir dari Reuters.com, sebelum tagihan gas dari Rusia jatuh tempo, Komisi Eropa mengatakan mereka akan melakukan pembayaran gas Rusia menggunakan mata uang euro atau dolar, sesuai dengan kontrak mereka dengan Rusia sebelumnya.
Baca juga: Pemerintah Slovakia Bersedia Bayar Gas dari Rusia Gunakan Rubel
Menteri Luar Negeri Hongaria, Peter Szijjarto menyebut otoritas UE tidak memiliki peran dalam kesepakatan pasokan gas mereka dengan Rusia, yang didasarkan pada kontrak bilateral antara perusahaan energi Hongaria MVM, dengan perusahaan energi Rusia Gazprom.
Baca juga: Tolak Bayar Gas Pakai Rubel, Lithuania Hentikan Impor Gas untuk Kebutuhan Domestik dari Rusia
Hongaria sendiri merupakan salah satu dari anggota UE yang menolak untuk menjatuhkan sanksi energi kepada Rusia, setelah negara Beruang Putih ini menyerang Ukraina sejak Februari lalu. Hongaria juga telah menandatangani kesepakatan pasokan gas jangka panjang baru pada tahun lalu, yang berisi Gazprom akan mengirimkan 4,5 miliar meter kubik gas setiap tahunnya.
Bergantung dengan gas Rusia
Permintaan Putin untuk membayar pasokan gas mereka dengan rubel telah menimbulkan keributan di banyak negara Eropa yang sebagain besar mengandalkan Rusia sebagai pemasok gas mereka. Negara-negara di Eropa segera melakukan diskusi dengan perusahaan energi mereka mengenai masalah ini.
Baca juga: Putin Ancam akan Hentikan Pasokan Gas jika Eropa Tak Bersedia Bayar Pakai Rubel
Perusahaan minyak dan gas Polandia, PGNiG mengatakan akan bertindak sesuai dengan isi kontrak mereka dengan Gazprom yang akan berakhir pada akhir tahun ini.
Sedangkan juru bicara perusahaan energi Austria, OMV mengatakan perusahaannya telah melakukan kontak awal dengan Gazprom Rusia, mengenai pembayaran gas dalam bentuk Rubel pada Jumat (1/4/2022) lalu, walaupun pemerintah Austria menekan tidak ada dasar pembayaran dalam mata uang apa pun, selain euro dan dolar.
Sementara itu, Putin membahas perluasan kerja sama Rusia dengan Presiden Serbia, Aleksander Vucic pada hari Rabu kemarin, termasuk di sektor energi. Vucic mengatakan kontrak Serbia dengan gas Rusia akan berakhir pada 31 Mei mendatang.
“Pembicaraan tentang kontrak baru perlu diluncurkan sesegera mungkin.” kata Vucic.
Kementerian Luar Negeri Latvia juga mengatakan negaranya tidak akan mendukung pembayaran gas Ruisa dalam rubel, seperti yang telah diarahkan oleh Komisi Eropa.
Sedangkan Lithuania mengatakan tidak akan mengimpor gas dari Rusia lagi untuk kebutuhan domestiknya, sehingga Lithuania menjadi negara pertama di Eropa yang terlepas dari pasokan gas Rusia.
Namun pada Rabu kemarin, pengiriman gas Rusia ke Eropa melalui tiga rute pipa utama secara keseluruhan dilaporkan stabil.