Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Bos PGE Beberkan Lima Peluang Bisnis dari Energi Panas Bumi

Direktur Utama Pertamina Geothermal Energy Ahmad Yuniarto mengatakan, ada banyak hal dari panas bumi yang bisa dimanfaatkan untuk tujuan lain.

Penulis: Yanuar R Yovanda
Editor: Sanusi
zoom-in Bos PGE Beberkan Lima Peluang Bisnis dari Energi Panas Bumi
Tribunnews.com/Apfia
ilustrasi 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) menyatakan, jika bicara energi panas bumi atau geothermal, sebenarnya bukan sekadar tentang kelistrikan.

Direktur Utama Pertamina Geothermal Energy Ahmad Yuniarto mengatakan, ada banyak hal dari panas bumi yang bisa dimanfaatkan untuk tujuan lain.

"Paling tidak ada lima peluang bisnis yang bisa tumbuh bersama panas bumi,” ujarnya dalam webinar “Renewable Energy Invest in Indonesia 2022”, ditulis Jumat (8/4/2022).

Baca juga: PGE Buka Peluang Kerja Sama Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi

Lima peluang bisnis itu adalah hidrogen hijau, pengolahan CO2 dan bahan baku hijau, ekstraksi material nano, pertanian, dan pariwisata.

“Di Eropa, pemanfaatan geothermal untuk banyak keperluan sudah sangat populer, misalnya untuk city heating,” kata Ahmad.

Sebagai gambaran, menurut The European Geothermal Energy Council, kapasitas terpasang pemanas geothermal di Eropa pada 2019 telah mencapai 5,5 GigaWatts Thermal (GWth).

Baca juga: Berkat Kang Dedi, PGE Area Kamojang Raih PROPER Emas dari KLHK 11 Kali Berturut-Turut

Berita Rekomendasi

Karena itu, Ahmad optimistis Indonesia juga bisa melakukan hal yang sama, di mana PGE saat ini sudah memulai mengaplikasikan panas bumi untuk pertanian kentang di Garut dan Kamojang.

Adapun perusahaan membuat tanki berbentuk silinder dengan garis tengah 1,5 meter untuk mensterilisasi cocopeat, media tanam untuk benih kentang, dari bakteri dan virus.

Sterilisasi dilakukan dengan memanaskan tanki tersebut dengan memanfatkan uap dari PLTP Kamojang, dari sebelumnya memakai kayu atau gas yang memakan waktu lebih lama.

“Dengan demikian, keuntungan yang diperoleh petani bisa meningkat sampai 10 kali lipat dibandingkan pertanian konvensional,” pungkasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas