China Lockdown, Seberapa Parah Dampaknya Terhadap Ekonomi Dunia?
Apalagi data perekonomian yang kemarin keluar adalah turunnya data PMI Composite dan Services hingga ke level di bawah 50.
Penulis: Yanuar R Yovanda
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan, lockdown yang terjadi di China memang tengah membuat situasi dan kondisi perekonomian di sana kian mengalami perlambatan.
Apalagi data perekonomian yang kemarin keluar adalah turunnya data PMI Composite dan Services hingga ke level di bawah 50.
"Di mana itu artinya bahwa perekonomian di China tengah mengalami struggling. Oleh sebab itu, pemerintah China tengah berjanji untuk meningkatkan stimulus moneter untuk perekonomian, karena mereka suka atau tidak suka, mengakui bahwa risiko domestik dan global lebih besar daripada yang diperkirakan sebelumnya," ujar dia melalui risetnya, Jumat (8/4/2022).
Baca juga: AS Ancam Jatuhkan Sanksi ke China jika Dukung Perang Rusia di Ukraina
Pejabat Negeri Tirai Bambu disebut akan tetap menggunakan beberapa alat kebijakan moneter di waktu yang tepat untuk mendukung ekonomi di sektor riil.
"Li Keqiang mengatakan bahwa kompleksitas, dan ketidakapstian lingkungan domestik dan global telah mengalami peningkatan. Namun, lagi-lagi nih pemirsa, China tidak memberikan langkah yang spesifik untuk menanggulangi ini semua," kata Nico.
Kendati demikian, memang pemerintah China selalu memberikan sinyal adanya pemangkasan tingkat suku bunga pada bulan Juli dan Desember tahun ini.
Baca juga: Rusia Beralih ke Microchip China untuk Memenuhi Pembuatan Kartu Bank Domestik
Sementara jika diingat sebelumnya, para pejabat yang berwenang mengatakan bahwa mereka berjanji untuk menstabilkan perekonomian karena lockdown telah membatasi pengeluaran dan aktivitas bisnis.
Nico menambahkan, penurunan Indeks PMI Services tersebut sudah mencapai ke level terendahnya dalam kurun 2 tahun terakhir.
"Apalagi setelah kita ketahui bersama pemirsa, bahwa Shanghai juga mengalami lockdown yang di mana ketika itu dilakukan, keraguan itu timbul di hati kita semua. Apakah pertumbuhan ekonomi 5,5 persen masih tetap dapat tercapai tahun ini?" tutur dia.
Baca juga: Anak Presiden AS Joe Biden Dituduh Terima Rp 69 Miliar dari Perusahaan China
Di sisi lain, ini juga membuat Lembaga Dana Moneter dunia memangkas pertumbuhan ekonomi global, yang mana satu di antaranya karena lockdown di China.
"Kebijakan tersebut mendorong perlambatan ekonomi, mengingat China merupakan negara dengan ekonomi terkuat kedua setelah Amerika Serikat," pungkas Nico.