Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Dampak Perang Rusia-Ukraina, Harga Pupuk Melonjak, Dunia Dibayangi Krisis Pangan dan Gizi

Perang Rusia dan Ukraina tak hanya memicu krisis di antara kedua negara tersebut, namun juga menghadirkan ancaman baru bagi pasokan pangan

Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Sanusi
zoom-in Dampak Perang Rusia-Ukraina, Harga Pupuk Melonjak, Dunia Dibayangi Krisis Pangan dan Gizi
AFP/GENYA SAVILOV
Foto ini diambil pada 6 April 2022 menunjukkan mainan dan barang-barang pribadi di antara gemuruh di depan bangunan tempat tinggal yang hancur, di kota Borodianka, barat laut Kyiv. - Mundurnya Rusia minggu lalu telah meninggalkan petunjuk tentang pertempuran yang dilancarkan untuk menguasai Borodianka, hanya 50 kilometer (30 mil) barat laut ibukota Ukraina, Kyiv. (Photo by Genya SAVILOV / AFP) 

Sementara indeks harga pangan FAO, yang melaporkan rekor pangan melonjak 12,6 persen pada bulan Maret lalu. Angka ini tentunya membuat lompatan besar ke level tertinggi, sejak FAO didirikan pada 1990.

Bahkan efek rantai kenaikan pupuk yang memicu krisis pangan, mendorong program pangan dunia PBB untuk mengurangi separuh bantuan makanan untuk 8 juta orang kelaparan di Yaman.

Direktur eksekutif program tersebut, David Beasley, mengatakan kombinasi dari dana yang berkurang dan harga yang melonjak berisiko mendorong jutaan orang Yaman ke dalam kondisi kelaparan.

"Kami tidak punya pilihan selain mengambil makanan dari yang lapar untuk memberi makan yang kelaparan," tambah Beasley.

Tak hanya itu kekhawatiran lain yang muncul akibat adanya kenaikan pupuk, yaitu adanya kerusuhan sipil di negara-negara dengan pasokan makanan yang tidak stabil. Kejadian seperti ini pernah terjadi pada 2007 dan 2008 dimana guncangan harga pangan memicu kerusuhan di Haiti, Bangladesh, dan Mozambik.

Kemiskinan

Hal serupa juga terjadi di Saudi Arabia, pada awal 2010-an ketika orang-orang berjuang dengan kelaparan dan kemiskinan memobilisasi melawan kebijakan pemerintah mereka.

BERITA REKOMENDASI

Mengantisipasi kejadian tersebut terulang kembali, Bank sentral The Fed pun mulai mengambil langkah baru untuk menaikkan suku bunga di awal Maret kemarin. Upaya ini dilakukan demi mengurangi dampak inflasi.

Meski kebijakan The Fed tidak sepenuhnya dapat menutup kesenjangan antara pasokan dan permintaan makanan, namun dengan cara ini setidaknya dapat meredam kecepatan laju inflasi.

Dampak Konflik Ukraina, Krisis Pangan dan Gizi Afrika Semakin Buruk

Seorang analis ketahanan pangan Kader Harmonis memperkirakan jumlah warga Afrika Barat dan Tengah yang terkena dampak krisis pangan dan gizi akan mencapai rekor tertinggi pada Juni 2022.

Rekor ini diperkirakan akan naik sebanyak 4 kali lipat dalam 3 tahun, dari 10,7 juta penduduk pada tahun 2019 menjadi 41 juta penduduk di tahun ini.

Krisis pangan dan gizi akan semakin diperparah dengan adanya krisis iklim, gangguan sistem pangan, produksi pangan terbatas, hambatan perdagangan regional dan kejatuhan sosial ekonomi akibat pandemi Covid-19 yang telah menghancurkan perekonomian nasional.

Selain itu, konflik yang sedang berlangsung di Ukraina juga mengganggu perdagangan pangan global, pupuk dan produk minyak yang mengakibatkan tingginya produk pertanian yang sudah mencapai rekor tertinggi di wilayah itu.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas