Inflasi AS Tinggi, Bank of Amerika Peringatkan Resesi Sudah di Depan Mata
Bank of America memperingatkan inflasi yang tinggi akan memicu ancaman bagi pemulihan ekonomi Amerika Serikat (AS).
Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Sanusi
Goldman Sachs menambahkan, tidak pernah ada peningkatan pengangguran lebih dari 0,35 poin presentase pada basis rata-rata tiga bulan, yang tidak terkait dengan resesi.
“Meskipun pasar tenaga kerja yang terlalu panas telah meningkatkan risiko resesi secara signifikan.” ujar bank ini.
Namun Goldman Sachs mengungkapkan rasa optimisnya yang didasarkan pada neraca bisnis dan keyakinannya pasca pandemi Covid-19 ini, akan menarik lebih banyak pekerja baru, sehingga tingkat pengangguran dapat menurun.
Investor AS Waspadai Risiko Resesi Akibat Kenaikan Suku Bunga The Fed
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengungkapkan, inverted yield atau kurva terbalik muncul di imbal hasil obligasi US Treasury.
Imbal hasil obligasi US Treasury 2 tahun untuk pertama kalinya sejak 2019 berhasil naik lebih tinggi dari imbal hasil obligasi US Treasury 10 tahun.
Baca juga: Goldman Sachs: Amerika Serikat Masuki Jurang Resesi, Ekonomi Merosot 35 Persen
"Hal ini yang memperkuat pandangan dan persepsi baru bahwa kenaikkan tingkat suku bunga The Fed mampu menyebabkan resesi ekonomi," ujar dia melalui risetnya, Kamis (31/3/2022).
Nico menjelaskan, yield curve merupakan sebuah kurva yang menggambalkan imbal hasil dari beberapa obligasi, di mana biasanya yield curve ini menjadi satu alat yang menggambarkan mengenai situasi dan kondisi perekonomian di masa akan datang.
Biasanya yield curve itu dibagi menjadi tiga yaitu kurva normal, datar atau bahasa kerennya flattening yield curve, dan terakhir adalah kurva terbalik atau inverted yield.
Biasanya, kalau situasi dan kondisi di mana pelaku pasar dan investor yakin terkait dengan perekonomian suatu negara sedang berada fase ekspansi dan kenaikkan inflasi, kita akan melihat kurva normal.
Lalu, ketika kita melihat flattening yield curve, itu artinya pelaku pasar dan investor melihat ketidakpastian perekonomian di masa yang akan datang.
"Nah yang terakhir inilah yang akan kita lebih banyak bahas ya pemirsa, di mana ada namanya inverted yield atau kurva terbalik. Ini artinya bahwa pelaku pasar dan investor melihat bahwa perekonomian akan memasuki fase resesi ekonomi," kata Nico.
Pertanda resesi ditunjukkan oleh tingginya imbal hasil obligasi jangka pendek, dan turunnya imbal hasil obligasi jangka panjang.
Terakhir, inverted yield ini terjadi di Amerika pada akhir 2005, 2006, 2007, sebelum akhirnya pasar ekuitas di Negeri Paman Sam turun pada 2008.