Nilai Yen Anjlok Sentuh Angka 129 Per Dolar, Terendah Dalam 10 Tahun Terakhir
Nilai mata uang Yen Jepang terpantau melemah di angka 129 terhadap dolar AS selama perdagangan Rabu pagi (20/4/2022).
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews, Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO – Nilai mata uang Yen Jepang terpantau melemah di angka 129 terhadap dolar AS selama perdagangan Rabu pagi (20/4/2022).
Penurunan ini membuat nilai Yen anjlok ke level terendah sejak Mei 2002 silam.
Anjloknya mata uang Yen terjadi lantaran adanya penguatan terhadap Imbal hasil obligasi (Treasury) AS sebesar 0,23 pesrsen, hingga membuat indeks dolar AS melonjak ke level tertinggi selama 20 tahun terakhir pada perdagangan Selasa (19/4/2022).
Baca juga: Harga Minyak Mentah Tokyo Jepang di Kisaran 80.000 Yen Tertinggi dalam 13 Tahun 8 Bulan Terakhir
Dilansir dari Nikkei Asia, penguatan dolar dipicu adanya pembatasan ekspor minyak oleh Rusia hingga membuat meroketnya harga minyak mentah Brent menyentuh 114 dolar AS per barel.
Kekhawatiran inilah yang kemudian mendorong pengetatan pasokan minyak global di tengah krisis Ukraina, hingga membuat pemerintah Libya memberlakukan pemadaman pada ladang minyaknya demi mengamankan stok minyak mentahnya. Akibat penutupan kilang ini dunia menjadi kekurangan stok minyak.
Kesempatan inilah yang dimanfaatkan AS untuk meningkatkan penjualan minyak mentah berjangka. Tercatat pada perdagangan Senin (18/4/2022) harga minyak mentah berjangka AS naik 3 persen menjadi lebih dari 109 dolar AS per barel. Angka ini lompat jadi yang tertinggi dalam tiga minggu terakhir.
Strategi penjualan minyak dibarengi kebijakan The Fed yang menaikan suku bunga ke angka 50 basis poin, sukses mendongkrak kenaikan pada dolar dilevel tertinggi.
Namun upaya menaikan suku bunga untuk menghalau laju inflasi tak diikuti oleh Jepang, Bank sentral Jepang (BoJ) justru memilih mempertahankan kebijakan suku bunga yang rendah dengan memborong obligasi pemerintah dengan jumlah tak terbatas.
Sayangnya cara tersebut tak sepenuh efektif dalam menghambat laju inflasi di Jepang. Kesalahan dalam divergensi kebijakan ini, lantas membuat penurunan yen secara cepat hingga memicu risiko intervensi pada mata uang Yen .
"Kami memantau situasi dengan rasa urgensi," kata Menteri Keuangan Shunichi Suzuki kepada wartawan setelah rapat kabinet.
Baca juga: Salah Transfer Uang Subsidi Pemda Jepang, Harusnya 100.000 Yen Diterimanya Puluhan Juta Yen
Yen sejauh ini terpantau telah merosot terhadap greenback selama 12 sesi berturut-turut, rekor terpanjang sejak 2005, menurut catatan database QUICK. Pernyataan ini diperkuat dengan data BOJ yang menunjukkan bahwa bulan ini mata uang Jepang tergelincir 3,97 yen di pasar Tokyo.
Meski mata uang di Jepang terus mengalami penurunan, namun Gubernur bank sentral Jepang (BoJ) menyebut jika penurunan nilai mata uang negaranya hingga sejauh ini masih bisa dikendalikan dan tidak banyak mempengaruhi harga kebutuhan pokok di pasar Jepang.
Namun demi mengantisipasi munculnya inflasi BOJ berencana untuk melakukan berbagai upaya menormalisasi nilai Yen agar dapat menguat seperti sebelumnya.