Produsen Baja di Inggris Pusing, Biaya Energi Kini Meroket
Perusahaan produsen baja di Inggris kini dipusingkan oleh lonjakan biaya energi yang tajam.
Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, LONDON - Perusahaan produsen baja di Inggris kini dipusingkan oleh lonjakan biaya energi yang tajam. Hal itu antara lain dirasakan perusahaan baja United Cast Bar (UCB).
CEO UCB James Brand mengungkapkan, biaya produksi di perusahaannya melonjak karena biaya listrik yang membengkak dan memaksa perusahaannya menaikkan harga jual baja hingga 70 persen.
Meski harga melonjak,Brand mengatakan pesanan baja yang masuk juga berlipat, antara lain datang dari pelanggan di sektor minyak dan gas, otomotif serta konstruksi.
Brand menambahkan, pelanggan UCB telah mengantisipasi kenaikan harga produkdi saat biaya besi kasar dan besi tua melonjak akibat konflik di Ukraina, ditambah biaya energi yang juga ikut melambung.
Brand mengungkapkan, para pelanggannya memilih berbelanja baja sekarang sebelum harganya naik semakin tinggi.
Baca juga: IISIA: Pangsa Pasar Produsen Baja Domestik Tergerus Baja Impor
“Dengan bahan baku dan biaya yang meningkat, pelanggan berpikir, 'Jika saya tidak membeli sekarang, dalam dua bulan akan lebih mahal. Orang-orang menempatkan pesanan terlebih dahulu, untuk mencoba dan memperbaiki biaya sebanyak yang mereka bisa,” ujarnya dikutip Reuters.com.
Masalah serupa juga dirasakan produsen baja dan industri lainnya di seluruh Eropa. Mereka merasakan kenaikan biaya listrik dan tekanan krisis pasokan, akibat pandemi Covid-19 dan invasi Rusia ke Ukraina.
Baca juga: Pecah Rekor, Krakatau Steel Catatkan Kinerja Ekspor Baja 116 Ribu Ton di Maret 2022
Kedua negara yang sedang berselisih ini diketahui sebagai produsen utama besi kasar.
Situasi yang lebih akut dilaporkan terjadi di Inggris. Industri baja di negara tersebut sedang menghadapi kenaikan biaya listrik yang naik antara 50 hingga 60 persen lebih tinggi dari yang terjadi di Jerman dan Prancis.
Kenaikan ini terjadi karena adanya kebijakan lingkungan terhadap penggunaan bahan bakar fosil pada pembangkit listrik, ketergatungan pada gas Rusia, transmisi listrik dan biaya izin karbon yang tinggi.
UCB menghabiskan banyak daya untuk dua tungku induksi listrik 8 ton, yang mencapai lebih dari 1.400 derajat Celcius, untuk melelehkan besi tuang dan besi kasar sebelum logam cair dituangkan ke cetakan.
Baca juga: Indonesia Ekspor Baja untuk Produsen Mobil Listrik di Amerika Serikat
Setiap tahun, proses itu membutuhkan energi listrik sekitar 24 gigawatt-jam (GWh), yang menempatkan perusahaan ini di antara pengguna listrik intensif di Inggris.
Brand mengungkapkan, biasanya tagihan energi UCB sekitar 250.000 pound per bulan. Namun, pada bulan Maret lalu biaya energi UCB mencapai 450.000 pound.
Skala lonjakan biaya listrik yang dihadapi produsen baja di Inggris diperparah oleh kenaikan biaya bahan baku. Biaya bahan baku di Inggris melonjak lebih dari 19 persen dalam 12 bulan, hingga Maret lalu.
Kepala Asosiasi Industri Kimia Inggris, Steve Elliott mengatakan perusahaan produsen kimia harus mengelola permintaan listrik dan gas dengan cermat.
Sebagai sektor yang menghasilkan barang-barang yang dibutuhkan oleh banyak sektor lain, perusahaan produsen kimia, kaca dan baja dapat mengatasai kenaikan biaya energi, asalkan mereka juga menaikan harga produknya.
“Hanya saja bisnis menjadi kurang mampu melakukan itu. Seiring berlalunya bulan, permintaan melunak karena biaya hidup semakin menggigit.” ungkap Elliot.
Kenaikan bahan baku juga diungkapkan Brand, yang mengatakan tagihan besi kasarnya telah naik dari 400 euro per ton pada tahun 2020, menjadi 650 euro pada akhir tahun 2021. Saat ini, tagihan besi kasar UCB bahkan mencapai lebih dari 1.000 euro per ton.
Saat ini, kemampuan perusahaan-perusahaan Inggris untuk terus membebankan biaya yang naik kepada pelanggan menjadi perhatian oleh pemerintah Inggris dan mewaspadai pada risiko memicu inflasi harga konsumen.