Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Ekonom Nilai Kampanye Hitam Sawit Hanya Alasan Persaingan Bisnis

Tungkot meyakini, jika bersaing dengan cara competitive pricing, produsen minyak nabati selain sawit dipastikan kalah.

Penulis: Reynas Abdila
Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Ekonom Nilai Kampanye Hitam Sawit Hanya Alasan Persaingan Bisnis
HANDOUT
Panen tandan buah segar kelapa sawit. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ekonom yang juga Direktur Eksekutif Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute (PASPI) Tungkot Sipayung menilai kampanye hitam terhadap kelapa sawit hanya alasan persaingan bisnis.

Menurutnya, produsen minyak nabati dunia tidak akan mampu bersaing dengan minyak sawit dari sisi harga, sehingga memilih melakukan hambatan non-tarif dengan mengangkat isu lingkungan.

“Karena sawit itu sangat kompetitif di pasar dunia, maka lawannya, seperti produsen kedelai, red seed maupun sunflower, tidak akan berhasil dengan strategi memainkan harga,” ucap Tungkot di Jakarta, Jumat (29/4/2022).

Baca juga: Harga Minyak Goreng Terbaru Hari Ini, Jumat 29 April 2022 di Alfamart dan Indomaret

Tungkot meyakini, jika bersaing dengan cara competitive pricing, produsen minyak nabati selain sawit dipastikan kalah.

Oleh sebab itu, dibangunlah strategi non-tarif.

Untuk bersaing dengan sawit, maka dilemparkanlah tuduhan deforestasi, pelanggaran hak azasi manusia, dan berbagai tuduhan negatif lainnya kepada produsen-produsen minyak nabati untuk menghantam produknya di pasar.

Tungkot menerangkan, ada 17 jenis tumbuhan penghasil minyak nabati secara internasional. Dari angka ini, hanya ada empat yang utama, yaitu sawit, kedelai, red seed, dan sunflower.

Baca juga: PTPN Group Distribusikan Minyak Goreng dan Gula Konsumsi ke NTT dan NTB Melalui Tol Laut

BERITA REKOMENDASI

Keempat tumbuhan ini menghasilkan sekitar 90 persen minyak nabati dunia dan yang paling banyak adalah dari tanaman kelapa sawit.

Kelapa sawit, tambahnya, bukanlah tanaman musiman seperti ketiga tumbuhan lainnnya.

Sawit juga merupakan tumbuhan pohon sehingga lebih tahan terhadap perubahan iklim dan bisa menghasilkan saat musim hujan maupun kemarau.

Selain itu, produktivitasnya mencapai 10 kali lipat dibandingkan tanaman penghasil minyak nabati lain.

Selain itu, penggunaannya juga sangat luas, tidak hanya untuk pangan, tetapi juga untuk bahan bakar (biofuel) hingga oleo kimia yang bisa diproduksi menjadi bahan lain yang sangat bervariasi.

Baca juga: PTPN Group Distribusikan Minyak Goreng dan Gula Konsumsi ke NTT dan NTB Melalui Tol Laut


Dengan demikian, harga jual minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) dan produk turunannya sangat kompetitif dan ekonomis dibandingkan minyak nabati jenis lain.

Minyak sawit menjadi raja minyak nabati dunia.

Terkait deforestasi yang disebabkan sawit, Tungkot menjelaskan sejumlah penelitian telah membuktikan bahwa tanpa sawit, maka deforestasi, polusi tanah dan air akan lebih besar lagi.

“Ketidakseimbangan biodiversiti juga akan lebih besar lagi kalau dunia tidak mau menggunakan sawit.

Jadi mereka yang melakukan kampanye antisawit, hidup tanpa sawit, itu justru mensponsori terjadinya deforestasi yang lebih besar lagi,” tegasnya.

Sebelumnya, Wakil Direktur perusahaan perkebunan kelapa sawit PT Nusantara Sawit Sejahtera Kurniadi Patriawan mengatakan, masyarakat perlu kritis merespons kampanye hitam sawit karena sebenarnya banyak informasi beredar tidak sesuai dengan kondisi di lapangan.

Dia mencontohkan, saat ini NSS telah menerapkan prinsip konservasi lingkungan.

“Lahan konservasi tetap dipertahankan untuk menjaga keseimbangan ekosistem yang tidak hanya dibutuhkan oleh masyarakat, namun juga untuk kelanjutan perkebunan,” imbuh Kurniadi.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas