BI Tahan Suku Bungan Acuan Tetap Rendah, Tetapi Kredit Tumbuh Tipis, Berikut Pernyataan OJK
Suku bunga ini sudah bertahan selama 15 bulan. Terakhir kali BI menurunkan suku bunga pada Februari 2021. Yakni dari 3,75% menjadi 3,5%.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) tetap menahan suku bunga acuan sebesar 3,5% pada April 2022 lalu.
Hal ini berbeda dengan sejumlah negara lainnya yang menaikkan suku bunga acuannya seperti Bank Sentral Amerika Serikat (AS) alias Federal Reserve (The Fed).
Suku bunga ini sudah bertahan selama 15 bulan. Terakhir kali BI menurunkan suku bunga pada Februari 2021. Yakni dari 3,75% menjadi 3,5%.
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Wimboh Santoso mengatakan, rendahnya suku bunga ini tidak banyak mempengaruhi penyaluran kredit.
Baca juga: Gandeng FWD Insurance, Kredit Pintar Beri Perlindungan Risiko Kesehatan atau Jiwa Nasabah
Terbukti permintaan kredit tidak sensitif terhadap perubahan suku bunga.
Data OJK memperlihatkan, penyaluran kredit per Desember 2020 menurun 2,41% menjadi Rp 5.482 triliun year on year (yoy).
Sedangkan per Desember 2021 penyaluran kredit sebesar Rp 5.769 triliun atau tumbuh 5,24% yoy. Sedangkan di Januari 2022 menjadi Rp 5.709 triliun, turun 1,03%.
Baca juga: Penyaluran Kredit Bank DKI Naik 13,70 Persen di Kuartal I
Tantangan utama saat ini adalah mendorong permintaan kredit dengan mengerahkan kebijakan yang ada.
“Ketika suku bunga turun, belum tentu ramai-ramai ambil kredit. Demikian pula ketika suku bunga naik, tidak serta merta orang tidak ambil kredit.
Ada faktor yang lebih penting, yaitu demand,” kata Ketua Dewan Komisioner OJK, Wimboh Santoso, dalam paparan daring, pekan ini.
Menurut Wimboh, sejak pandemi, permintaan kredit terjadi anomali.
Perubahan suku bunga tidak berpengaruh signifikan terhadap perubahan permintaan kredit.
Ketika suku bunga sangat rendah, permintaan kredit tetap lemah karena ekonomi memang terpukul.
Baca juga: BTN Salurkan Kredit Perumahan Rp 248,57 Triliun
"Kredit perbankan di Indonesia tidak sensitif terhadap interest rate, tapi lebih dipengaruhi oleh demand,” ujarnya.
Kendati suku bunga acuan mencapai level terendah sepanjang 2021, pertumbuhan kredit masih terbatas karena permintaannya yang menguat.
“Orang dagang, tokonya tutup, mau ambil kredit buat apa meskipun bunga rendah,” ucapnya.
Dan ada variabel lain yang mendorong kredit, yakni permintaan. (Ahmad Febrian)