INDEF Ungkap Lima Hal Pemicu Rendahnya Konsumsi Rumah Tangga
Konsumsi masih menjadi penopang ekonomi Indonesia yang paling besar karena terbatasnya aktivitas produktif.
Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Dennis Destryawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Peneliti Center of Macroeconomics and Finance dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Abdul Manap Pulungan menyinggung lima faktor yang pengaruhi rendahnya konsumsi rumah tangga.
Faktor yang pertama, dampak pandemi Covid-19 yang masih sangat terasa. Kedua, dampak lonjakan inflasi. Ketiga, tingginya jumlah pengangguran yang mencapai 8,5 juta.
"Keempat, upah tumbuh lebih rendah dibandingkan inflasi. Kelima, konsumsi kelas menengah atas terbatas," ujarnya dalam diskusi Rabu (11/5/2022).
Menurut Abdul, konsumsi masih menjadi penopang ekonomi yang paling besar karena terbatasnya aktivitas produktif.
Meski berperan paling besar, pertumbuhan konsumsi rumah tangga cukup rendah dan di bawah pertumbuhan ekonomi.
"Kelas menengah-atas masih menahan konsumsi sehingga gebrakan terhadap konsumsi swasta rendah," ujar Abdul.
Baca juga: INDEF: Kebijakan HET Migor Sesuai Daya Beli Masyarakat
Ia menambahkan, meski ada penambahan jumlah tenaga kerja sebanyak 4,55 juta orang di Februari 2022, ini tidak sepenuhnya berkualitas lantaran penyerapan didominasi oleh sektor informal.
"Memang ada penambahan penyerapan tenaga kerja 4,55 juta pada Februari 2022. Namun kalau diperhatikan penambahan ini ternyata sebenarnya pekerja informal. Jadi tidak ada perubahan signifikan sebetulnya," kata Abdul.
Baca juga: Ekonom INDEF: Kenaikan Upah Buruh Minimal Sesuai dengan Proyeksi Inflasi Tahun Depan
Pada Februari 2022, jumlah pekerja informal tercatat mencapai 81,33 juta orang, atau 59,97 persen dari total tenaga kerja. Angka tersebut naik 3,19 juta orang dari periode yang sama di tahun lalu.
Itu berarti, 70,1 persen dari 4,55 juta penambahan penyerapan tenaga kerja di Februari 2022 berada di sektor informal. Lebih rinci, dari total penambahan penyerapan tenaga kerja yang terjadi, 4 juta orang diantaranya merupakan tamatan sekolah dasar (SD).
Sedangkan hanya 0,04 juta orang yang memiliki pendidikan diploma I/II/III dan sebanyak 0,12 juta orang berpendidikan sarjana menjadi tenaga kerja di Februari 2022.
Selain itu, kegagalan menjaga inflasi menyebabkan daya beli masyarakat tergerus. Rata-rata upah buruh tumbuh lebih rendah dibandingkan inflasi umum.
Fungsi intermediasi perbankan juga disebut lamban menyebabkan pertumbuhan ekonomi lamban pula. Loan to Deposit (LDR) pada Februari 2022 sebesar 78,71 % ; turun 4 % dari 82,49 % pada Februari 2020.