Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Ada Potensi Rugi Hampir Rp 1.144 Triliun Jika Industri Abaikan Risiko Deforestasi di Rantai Pasok

Sebuah studi mendapati temuan bahwa perusahaan dari industri kayu, minyak sawit, dan ternak belum bisa memenuhi komitmen deforestasi COP26

Penulis: Choirul Arifin
Editor: Muhammad Zulfikar
zoom-in Ada Potensi Rugi Hampir Rp 1.144 Triliun Jika Industri Abaikan Risiko Deforestasi di Rantai Pasok
wikimedia
Ilustrasi hutan - Ada Potensi Rugi Hampir Rp 1.144 Triliun Jika Industri Abaikan Risiko Deforestasi di Rantai Pasok 

Laporan Wartawan Tribunnews, Choirul Arifin

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sebuah studi hasil kerjasama Framework initiative (AFi) dan CDP mendapati temuan bahwa perusahaan dari industri kayu, minyak sawit, dan ternak belum bisa memenuhi komitmen deforestasi COP26.

Riset ini menemukan, tren deforestasi global menimbulkan risiko keuangan yang signifikan bagi perusahaan.

Sementara, sebanyak 211 perusahaan melaporkan telah mengidentifikasi sejumlah risiko terkait hutan dengan nilai kerugian lebih dari 79,2 miliar dolar AS atau sekitar Rp 1.144 triliun rupiah. Di sisi lain biaya untuk menanggulangi risiko yang teridentifikasi ini hanya sebesar 6,7 miliar dolar AS.

Baca juga: Di Peringatan HPN 2022, Ketua DPD RI Sorot Maraknya Deforestasi

Dari total perusahaan yang sudah memilih bersikap terbuka soal kebijakannya, hanya 36 persen atau 245 dari 675 perusahaan mengaku memiliki kebijakan tanpa deforestasi (no-deforestation) atau tanpa–konversi ekosistem (no-ecosystem-conversion).

Sekitar 13 persen dari perusahaan tersebut mengaku memiliki komitmen tanpa deforestasi/ tanpa-konversi sesuai dengan praktik terbaik.

Laporan ini mengajak perusahaan segera meningkatkan aksi saat lebih dari 100 pemimpin dunia dan 30 lembaga keuangan terbesar dunia menyatakan komitmennya di COP26 untuk menghentikan deforestasi maupun pengrusakan ekosistem lainnya.

Berita Rekomendasi

Langkah ini perlu diambil mengingat deforestasi dan perusakan ekosistem lainnya menyumbang setidaknya 11 % dari total emisi Gas Rumah Kaca (GRK) tahunan yang dihasilkan dari aktivitas manusia.

ASEAN dinilai telah menunjukkan komitmen kuatnya dengan mendukung pembuatan agenda iklim global.

Bahkan, pada November tahun lalu, beberapa negara Asia Tenggara telah berpartisipasi dalam Glasgow Leaders’ Declaration baru-baru ini untuk secara kolektif memberikan komitmennya dalam upaya menghentikan dan mengurangi deforestasi serta degradasi lahan sampai dengan tahun 2030.

Sektor agrikultur, kehutanan dan penggunaan lahan diperkirakan akan berkontribusi sebanyak 17,34 % atau 60 % dari total pengurangan emisi Gas Rumah Kaca (GRK). Pada tahun 1990 – 2010 rata-rata kehilangan lahan hutan tercatat mencapai 1,6 juta hektar hutan di kawasan tersebut.

Namun, laju deforestasi mencapai titik terendah pada tahun 2020. Meski begitu, negara-negara di kawasan ini perlu mengambil tindakan lebih ambisius untuk mewujudkan komitmennya sesuai dengan deklarasi COP26.

Baca juga: Asosiasi: Masih Banyak Anggapan Panen Sawit Sebabkan Deforestasi


“Hutan memiliki fungsi yang penting dan tidak bisa kita remehkan. Miliaran orang bergantung pada hutan dan hutan berperan penting dalam mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Meskipun demikian, deforestasi terus terjadi tanpa terkendali. Tahun lalu, lebih dari 11 juta hektar hutan tropis hilang.1 Produksi komoditas pertanian skala besar menjadi pendorong utama dari hilangnya hutan tropis," ujar Thomas Maddox, Global Director, Forests CDP dalam pernyataan pers tertulisnya, Minggu (29/5/2022).

Dia mengatakan, dengan bergesernya preferensi masyarakat untuk produk yang etis dan bertanggungjawab, hal ini berpotensi menimbulkan risiko bisnis bagi perusahaan yang tidak mampu menjawab perubahan ini. Perusahaan mulai merespon perubahan ini, tapi aksinya masih jauh dari yang diharapkan.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas