Ekonom: E-Commerce Harus Ada Fitur Paylater Kalau Tidak Mau Ditinggal
Bhima Yudhistira menyatakan, platform startup e-commerce maupun edutech harus terus berinovasi dari sisi metode pembayaran digital
Penulis: Yanuar R Yovanda
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ekonom Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menyatakan, platform startup e-commerce maupun edutech harus terus berinovasi dari sisi metode pembayaran digital, di antaranya paylater.
Bhima memperkirakan, jika perusahaan startup tidak mampu berikan fasilitas paylater sebagai pembayaran, maka bisa ditinggal konsumen.
"Mungkin ke depan tidak hanya e-commerce, edutech juga harus ada fitur paylater. Kalau tidak, maka ditinggalkan," ujarnya dalam konferensi pers "Hasil Riset Kredivo & Katadata Insight Center", Kamis (2/6/2022).
Baca juga: Pembayaran Digital Paylater di E-Commerce Terus Bertumbuh, Ini Penyebabnya
Lebih lanjut, dia mengungkapkan, peluang dari paylater itu sendiri cukup besar karena ada lebih dari 40 juta orang di tanah air belum dapat fasilitas pinjaman dari bank.
"Menariknya dari sisi makro, bukan hanya ada 92 juta orang unbanked yang tidak tersentuh layanan keuangan bank. Ada 47 juta orang dalam kategori underbanked yang punya rekening, tapi belum ada fasilitas kredit untuk mengelola keuangan," kata Bhima.
Baca juga: Penggunaan PayLater untuk Berbelanja Online Mengalami Peningkatan di 2022
Karena itu, dia memprediksi paylater akan terus memiliki ruang untuk bertumbuh hingga dua kali lipat pada 2024 mendatang.
"Meningkat dua kali lipat pada 2024 atau 200 persen. Kenaikan signifikan karena tidak hanya diadopsi oleh e-commerce yang akan gunakan fitur paylater," pungkasnya.