Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Pandemi Memperparah Kendala Fiskal Upaya Dekarbonisasi Negara-negara Menengah ke Bawah

Bambang Brodjonegoro sebut terdapat kesenjangan yang lebar antara kapasitas pembiayaan ekonomi hijau negara berkembang dengan negara maju

Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Editor: Muhammad Zulfikar
zoom-in Pandemi Memperparah Kendala Fiskal Upaya Dekarbonisasi Negara-negara Menengah ke Bawah
TRIBUN KALTIM/FACHMI RACHMAN
Lead Co-Chair T20 Indonesia Bambang Brodjonegoro 

Terkait upaya penanganan perubahan iklim, Direktur Pelaksana Bank Dunia Mari Elka Pangestu berharap konflik Rusia dan Ukraina yang masih berlangsung tak akan memengaruhi agenda perubahan iklim.

Hal itu penting karena menekan terjadinya perubahan iklim diharapkan berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi berkelanjutan di masa mendatang.

"Tetapi memang kenyataannya bahwa ruang fiskal menjadi jauh lebih terbatas," ujar Mari.

Baca juga: Wakil Menteri BUMN Singgung Peran Perhutani dan PTPN Soal Dekarbonisasi

Selain itu, ia menilai, dalam jangka pendek, beberapa negara maju dan banyak negara lain kemungkinan akan menunda langkah untuk keluar dari bahan bakar fosil hanya karena masalah keamanan energi yang disebabkan oleh perang kedua negara.

Saat ini terdapat isu ketahanan energi yang bercampur antara argumen penundaan baru transisi kepada energi terbarukan dan percepatan transisi energi terbarukan yang lebih besar.

"Ini menjadi semacam salah satu ketegangan," ungkap dia.

Oleh karenanya, Mari berpendapat pentingnya memiliki ketahanan energi, serta aksesibilitas, keterjangkauan, dan keandalan melalui diversifikasi seluruh sumber energi, termasuk energi terbarukan.

Berita Rekomendasi

Saat ini banyak dunia berfokus pada transisi energi dalam agenda perubahan iklim lantaran sektor tersebut merupakan penyumbang emisi karbondioksida terbesar.

Di sisi lain, penghasil emisi karbondioksida terbesar adalah negara maju dan beberapa grup negara berpenghasilan menengah.

Namun di saat bersamaan, lanjut dia, beberapa negara masih menangani akses energi di negara-negara termiskin. Ada sekitar 760 juta orang di dunia yang tidak memiliki listrik serta satu miliar orang tak memiliki akses ke listrik yang andal.

"Jadi ini menjadi pertanyaan besar. Bagaimana kita bisa melakukannya dengan benar? Bagaimana kita bisa sampai di sana," kata Mari.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas