Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Resesi Kembali Jadi Ancaman, Ekonomi RI Dinilai Akan Mampu Bertahan

Baru saja ekonomi global pulih dari serangan resesi imbas pandemi, resesi kembali mengancam imbas perang yang masih terjadi di Ukraina,

Penulis: Yanuar Nurcholis Majid
Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Resesi Kembali Jadi Ancaman, Ekonomi RI Dinilai Akan Mampu Bertahan
Tribunnews/JEPRIMA
Pedagang saat menunjukkan cabai rawit merah dan cabai keriting melonjak hingga Rp 100.000/kg, harga-harga komoditas lainnya juga cenderung meningkat dan bisa memicu resesi 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Baru saja ekonomi global pulih dari serangan resesi imbas pandemi, resesi kembali mengancam imbas perang yang masih terjadi di Ukraina, hingga mengakibatkan krisis pangan dan energi.

Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan, kedua negara yang sedang bersitegang tersebut yakni Rusia dan Ukraina, merupakan produsen migas dan pangan yang berkontribusi terhadap energi dan pangan global.

"Sehingga, pengetatan pasokan memberikan kekhawatiran, terutama pada negara-negara pengimpor kebutuhan tersebut dan lebih lanjut terhadap pergerakan inflasi yang lebih cepat," ujar dia melalui risetnya, Senin (13/6/2022).

Baca juga: Bank Dunia Peringatkan Ancaman Resesi Ekonomi, Pakar: BI Harus Jaga Rp 15.000 Per Dolar AS

Sementara itu, dia menilai perekonomian Indonesia sedang dalam tahap pemulihan akibat dampak pandemi Covid-19 pada 2020.

"Lalu, bagaimana dengan Indonesia? Apakah kita juga akan menghadapi resesi seperti sebelumnya? Sebagaimana yang diketahui saat ini kita tengah dalam fase pemulihan ekonomi," katanya.

Ekonomi negara masih ditopang oleh aktivitas ekspor atas sejumlah komoditas unggulan yang kebetulan sangat dibutuhkan dalam kondisi ini.

Berita Rekomendasi

Namun, juga ikut tertekan dengan kenaikan harga minyak dan pangan, karena Indonesia pengimpor minyak serta aliran perdagangan yang saling berkaitan.

Kendati demikian, pemerintah juga aktif memanfaatkan momentum untuk menaikkan penerimaan negara melalui penerapan kebijakan royalti dan pajak lainnya.

Di mana, ini diperuntukkan untuk mengurangi pembiayaan serta memberikan subsidi dan kompensasi demi mestimulus perekonomian.

Baca juga: Ekonom Indef: Pertanian Tumbuh 1,84 Persen, Jadi Bantalan Resesi Selama Pandemi

Nico mengungkapkan, pertumbuhan ekonomi dalam negeri diproyeksikan berada pada rentang 4,5 persen hingga 5,3 persen pada 2022.

"Mengawali tahun ini, memang secara tahunan ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 5,01 persen. Namun jika dilihat di kuartal I-nya, ekonomi kita terkontraksi hampir 1 persen, di mana varian Omicron yang penyebarannya cukup masif pada awal tahun, serta perlambatan ekonomi China dan dimulai invasi Rusia-Ukraina," tutur Nico.

Dia menjelaskan, seluruh komponen mengalami penurunan seperti belanja pemerintah, investasi tetap, konsumsi, serta ekspor dan impor.

"Akankah cerita yang sama akan terulang kembali di kuartal II ini? Kami rasa tidak demikian, karena aktivitas ekspor mulai kencang meski sempat ada penangguhan selama 3 pekan.

Konsumsi juga terangkat pada kuartal ini sebagaimana didorong oleh momentum puasa dan lebaran, rencana Elon Musk yang akan berinvestasi di Indonesia, serta belanja pemerintah juga diharapkan sudah mulai berjalan lebih cepat," pungkasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas