Wabah Penyakit Mulut dan Kuku Melanda 18 Provinsi, Lebih Dari 150 Ribu Hewan Ternak Terpapar
Kuntoro Boga Andri menyebutkan, wabah PMK telah melanda di 18 Provinsi, tepatnya di 180 Kabupaten.
Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM JAKARTA - Pemerintah melalui Kementerian Pertanian (Kementan) dalam laporannya menyebutkan, jumlah hewan ternak khususnya sapi yang terpapar wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) telah tersebar di berbagai wilayah di Indonesia.
Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan, Kuntoro Boga Andri menyebutkan, wabah PMK telah melanda di 18 Provinsi, tepatnya di 180 Kabupaten.
“Berdasarkan aplikasi siaga PMK yang bersumber dari sistem informasi hewan nasional yang dilengkapi dengan laporan dari Pemerintah Daerah, terkait perkembangan PMK di Indonesia kami laporkan, PMK sampai dengan saat ini tercatat menyebar di 18 provinsi dan 180 kabupaten,” ucap Kuntoro dalam laporannya di Jakarta, Senin (13/6/2022).
Baca juga: Empat Ekor Sapi di Ciamis Jawa Barat Terjangkit Penyakit Mulut dan Kuku, Pemkab Langsung Lakukan Ini
Ia kembali mengatakan, untuk jumlah sapi yang terpapar PMK di Indonesia sudah mencapai angka 150 ribu ekor.
Untuk jumlah sapi yang mati imbas wabah tersebut sebanyak 695 ekor.
“Rinciannya, jumlah hewan sakit 150.630 ekor, jumlah hewan sembuh 39.887 ekor, jumlah hewan potong bersyarat 893 ekor. Jumlah hewan mati 695 ekor,” papar Kuntoro.
Dirinya juga mengungkapkan, bahwa Kementan telah melakukan berbagai upaya untuk menangani dan memutus rantai penularan PMK pada hewan ternak.
Yakni mulai dari membentuk gugus tugas penanganan PMK dari level pusat atau nasional hingga Kabupaten. Kemudian, juga telah melakukan penataan lalulintas hewan ternak.
Kementan dalam penanganan wabah PMK, melakukan sinergi dengan berbagai pihak mulai dari Pemerintah Daerah, TNI, Polri, Kejaksaan Tinggi, hingga Kejaksaan Negeri.
“Kami ingin menyampaikan bahwa Kementan telah mengeluarkan kebijakan dan aturan sebagai upaya pengendalian pmk di tanah air,” jelas Kuntoro.
“Kami juga telah mengeluarkan prosedur pelaksanaan qurban dan pemotongan hewan selama wabah PMK. Selanjutnya kami memberikan peringatan kewaspadaan terhadap kejadian PMK untuk para peternak di seluruh Indonesia,” pungkasnya.
Baca juga: Pemkab Sukabumi Semprot Pasar Hewan Mencegah Penyebara Penyakit Mulut dan Kuku
4.692 Ekor Ternak Terindikasi PMK di Aceh Utara
Jumlah ternak di Aceh Utara yang terindikasi Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) dalam 25 dari 27 kecamatan di Aceh Utara selama sebulan ini mencapai 4.692 Ekor.
Lebih rinci masing-masing, 4.217 ekor sapi dan 475 kerbau.
Hal itu mengacu pada data terbaru yang diperoleh Serambinews.com (Tribun Network), dari Dinas Perkebunan Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disbunnak dan Keswan) Aceh Utara, yakni 4.692 ekor ternak yang terindikasi PMK sampai 11 Juni 2022.
Untuk diketahui kasus PMK pertama kali ditemukan di Aceh Utara pada 11 Mei 2022 di Desa Langkahan Kecamatan Langkahan oleh petugas setelah mendapat laporan dari masyarakat.
Baca juga: Penjualan Hewan Kurban di Bandar Lampung Tidak Terpengaruh Wabah Penyakit Mulut dan Kuku
Gejalanya luka di mulut dan kaki (kuku hampir lepas), tidak bisa makan dan kondisi sangat lemah.
Kasus PMK terbanyak untuk sapi ditemukan di Kecamatan Tanah Jambo Aye, 1.028 ekor, kemudian di Kecamatan Cot Girek 949 ekor, dan di Kecamatan Lhoksukon 577 ekor.
Sedangkan di Kecamatan Langkahan yang pertama kali ditemukan kasus tersebut sampai sekarang, jumlah kasusnya 79 untuk sapi dan belum ditemukan kasus PMK pada kerbau
Untuk kasus PMK pada kerbau terbanyak ditemukan di Kecamatan Cot Girek yaitu 405 kasus, kemudian di Kecamatan Baktiya 42 kasus dan di Kecamatan Samudera 10 kasus.
Namun, untuk kecamatan Samudera 10 kerbau yang terindikasi PMK sdah berhasil disembuhkan petugas.
Baca juga: Terkena Penyakit Mulut dan Kuku, Ribuan Sapi Dikubur Massal di Malang Jatim
Dari 4.692 ekor ternak yang terindikasi PMK, 27 ekor di antaranya ditemukan sudah pati.
Masing-masing ternak yang mati tersebut, 14 ekor kerbau, di Kecamatan Tanah Luas tujuh ekor dan di Kecamatan Cot Girek juga tujuh ekor.
Sedangkan sapi yang sudah mati 13 ekor di enam kecamatan, terbanyak di Kecamatan Tanah luas juga tujuh ekor, kemudian di Kecamatan Seunuddon dua ekor.
Di Kecamatan Tanah Jambo Aye, Meurah Mulia, Kuta Makmur dan Cot Girek masing-masing satu ekor.
“Jumlah kasus PMK di Aceh Utara sampai sekarang sudah mencapai 4.692 ekor,” ujar Kepala Disbunnak dan Keswan Aceh Utara melalui Sekretaris Drh Muzakir kepada Serambinews.com, Minggu (12/7/2022).
Dari jumlah itu, ternak yang sudah berhasil disembuhkan mencapai 754 ekor; 633 ekor sapi dan 121 ekor kerbau.
Selain kata Muzakir, dua ekor ternak, satu sapi di Kecamatan Kuta Makmur dan satu kerbau di Kecamatan Nisam yang terindikasi PMK dipotong paksa.
Baca juga: Terkena Imbas Penyakit Mulut dan Kuku, Penjualan Daging Sapi di Pasar Sleman Turun Drastis
Penyakit PMK Bikin Harga Sapi Merosot
Sekretaris Jenderal Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI), Rochadi Towaf mengatakan akibat dari wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang menyerang pada ternak berimbas pada harga jualnya.
Dia melaporkan harga sapi yang terkena wabah virus PMK turun menjadi Rp 2 juta sampai Rp 5 juta dari harga aslinya di kisaran Rp 30 juta per ekor.
“Kondisi yang ada di lapangan saat ini harga jual sapi perah akibat dari PMK bisa turun mencapai Rp 2 juta–Rp 5 juta per ekor. Ini tragis,” kata dia pada Kontan.co.id, Minggu (12/62022).
Dia memperkirakan, total kerugian yang ditanggung peternak secara nasional bisa mencapai Rp 20 triliun imbas dari wabah PMK yang terparah menjangkiti sapi perah.
Sementara kerugian lain yang ditanggung oleh peternak yaitu penurunan produksi susu sapi perah. Dalam catatannya produktivitas sapi perah saat ini sudah turun mencapai 80 % secara nasional.
“Produksi susu kita secara nasional yang tadinya berkontribusi dalam negeri sebanyak 20 % , saat ini sudah tidak sampai 10 % , jika ini terus terjadi maka ketergantungan akan inpor juga semakin tinggi,” tambahnya.
Dia menjelaskan bahwa tingkat penularan pada sapi ternak sangat cepat bisa melalui udara. Sementara tingkat kematiannya di Indonesia saat ini mencapai 2 % pada sapi dewasa dan 30 % pada sapi pedet atau anak sapi.