Jaga Rupiah, BI Tak Ikut-ikutan Bank Sentral Global Naikkan Suku Bunga Acuan
Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk tidak ikut-ikutan bank sentral di dunia yang ramai-ramai menaikkan suku bunga.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk tidak ikut-ikutan bank sentral di dunia yang ramai-ramai menaikkan suku bunga.
Keputusan BI mempertahankan suku bunga yang ada karena untuk menjaga nilai rupiah agar tetap stabil.
BI masih mempertahankan suku bunga BI 7-Day Reverse Repo Rate di level 3,5 persen.
Selain menahan suku bunga acuan, BI juga menahan suku bunga deposit facility di level 2,75 % dan suku bunga lending facility di 4,25 % .
Baca juga: Pengusaha Berharap Bank Indonesia Tak Buru-buru Naikkan Suku Bunga Acuan
Selain mempertahankan suku bunga, keputusan BI ini juga untuk mengendalikan tingkat inflasi, serta mendorong pertumbuhan ekonomi di tengah tingginya tekanan risiko stagflasi di berbagai negara.
Head of Business Development Division Henan Putihrai Asset Management Reza Fahmi mengungkapkan, harga mayoritas Surat Berharga Negara (SBN) kembali ditutup melemah setelah BI memutuskan untuk tetap mempertahankan suku bunga acuannya.
Hal ini disebabkan mayoritas investor yang cenderung melepas SBN, ditandai dengan kembali naiknya imbal hasil (yield).
“Sementara itu, yield US Treasury yang cenderung kembali menguat pada perdagangan akhir pekan ini turut menjadi sentimen negatif untuk pasar SBN,” kata Reza ketika dihubungi Kontan.co.id, Kamis (23/6/2022).
Baca juga: Biaya Pendanaan Kendaraan Baru Bakal Naik Jika BI Ikuti Langkah The Fed Kerek Suku Bunga
Pasca keputusan BI tersebut, Reza melihat investor sepertinya akan mengambil posisi wait and see terlebih dahulu.
Hal ini terlihat ada peningkatan risk averseness para investor yang tercermin dari meningkatnya kembali Credit Default Swap (CDS) Indonesia serta terus berkurangnya porsi kepemilikan investor asing pada SBN.
Dengan kondisi tersebut, Reza menyarankan para investor juga untuk ikut wait and see terlebih dahulu untuk melihat perkembangan pasar ke depan.
Selain itu, investor bisa mengamankan portofolionya di tengah kondisi yang cenderung volatile ini.
“Investor bisa alihkan portofolio ke obligasi yang bertenor pendek, atau dipindahkan ke aset yang lebih aman,” imbuhnya.
Hingga akhir tahun nanti, Reza optimistis yield SBN acuan 10 tahun bisa kembali turun ke bawah level 7 % . Menurutnya hal ini bisa terjadi ketika ketidakpastian global mulai mereda.
Apalagi, Indonesia dari sisi fundamental punya bekal berharga dengan data ekonomi yang solid belakangan ini.
“Tapi, kemungkinan pada akhir tahun nanti, yield SBN acuan 10 tahun akan berada pada rentang 6,9 % - 7,2 % ,” jelasnya.
Pada Kamis (23/6), yield SBN acuan 10 tahun berada di level 7,43 % . (Hikma Dirgantara/Herlina Kartika Dewi)