Kembali Terpuruk, Besok Rupiah Diprediksi Tembus Rp 15.000 per Dolar AS
Melansir data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia, tercatat nilai tukar Rupiah di level Rp 14.990 per dollar AS.
Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kian melemah pada Selasa sore (5/7/2022).
Melansir data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia, tercatat nilai tukar Rupiah di level Rp 14.990 per dollar AS.
Pengamat Pasar Keuangan sekaligus Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengatakan bahwa Rupiah diprediksi bakal kembali melemah pada esok hari, Rabu (6/7/2022).
Baca juga: Rupiah Makin Terpuruk, Kini Bertengger di Rp 14.989/Dolar AS Pada Selasa Siang
Menurut analisisnya, mata uang Garuda berpotensi berada di level Rp 15.050 per dolar AS.
“Pada perdagangan sore ini, mata uang rupiah kembali melemah 22 point walaupun sebelumnya sempat melemah 30 point dari penutupan sebelumnya,” ucap Ibrahim, Selasa (5/7/2022).
“Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp 14.990-Rp 15.050,” sambungnya.
Dirinya melihat perkembangan nilai tukar dolar AS dipengaruhi berbagai faktor eksternal.
Baca juga: Analis: Suku Bunga The Fed dan Ancaman Resesi Biang Kerok Rupiah Jatuh Hampir Rp 15.000/USD
Menurutnya, dolar menguat terhadap mata uang lainnya di Selasa, karena mendapatkan dukungan dari rebound kuat dalam imbal hasil Treasury 10-tahun AS didorong melewati 2,95 persen setelah dibuka kembali dari hari libur.
Kemudian nilai tukar dolar dipengaruhi pengumuman Presiden AS Joe Biden terkait pembatalan beberapa tarif AS untuk barang-barang konsumen China minggu ini untuk melawan inflasi.
Administrasi Biden juga dapat mengungkap penyelidikan subsidi industri, yang mungkin mengarah pada lebih banyak tugas di bidang strategis seperti teknologi.
"Faktor ketiga, di Asia Pasifik, aktivitas layanan China tumbuh pada tingkat tercepat pada bulan Juni dalam hampir setahun karena pembatasan Covid berkurang dan permintaan dihidupkan kembali. Indeks manajer pembelian (PMI) layanan Caixin China naik menjadi 54,5 di bulan Juni," pungkas Ibrahim.