Indeks Hang Seng Hong Kong Turun 3 Persen, Saham Tencent dan Alibaba Terjun Bebas
Indeks Hang Seng Hong Kong turun sekitar 3 persen setelah pihak berwenang China menjatuhkan sanksi pada dua raksasa teknologi Tencent dan Alibaba.
Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, HONG KONG - Indeks Hang Seng Hong Kong turun sekitar 3 persen setelah pihak berwenang China menjatuhkan sanksi pada dua raksasa teknologi Tencent dan Alibaba.
Dikutip dari CNBC, indeks Hang Seng turun sebanyak 3,3 persen selama sesi perdagangan hari ini, Senin (11/7/2022). Sementara indeks teknologi Hang Seng anjlok 3,86 persen.
Anjloknya bursa saham Hong Kong terjadi setelah otoritas China menjatuhkan denda pada beberapa perusahaan, termasuk perusahaan teknologi besar Alibaba dan Tencent, karena tidak mematuhi aturan anti-monopoli.
Baca juga: Alibaba dan Tencent Kena Denda Gara-gara Praktik Monopoli
Saham Alibaba dan Tencent yang terdaftar di Hong Kong masing-masing ambruk 5,79 persen dan 2,89 persen.
Saham perusahaan pengembang kasino di Hong Kong juga jatuh, menyusul penutupan semua bisnis komersial dan industri di Makau selama seminggu untuk mencegah penyebaran Covid-19.
Saham perusahaan pengembang kasino Wynn Macau jatuh 6,68 persen, saham Sands China merosot hingga 8,15 persen dan saham Melco International Development merosot 7,13 persen pada penutupan perdagangan hari ini.
Kekhawatiran mengenai penyebaran virus Covid-19 meningkat di China, setelah ditemukannya subvarian omicron baru.
Sementara di pasar Asia-Pasifik, indeks Nikkei 225 Jepang naik 2 persen dan ditutup dengan kenaikan 1,11 persen pada 26.812,3, sedangkan indeks Topix naik 1,44 persen menjadi 1.914,66.
Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang turun 1,81 persen.
Baca juga: Alibaba Luncurkan Platform NFT, Rambah Pasar Digital Di Kancah Internasional
Indeks S&P/ASX 200 Australia mengalami penurunan 1,14 persen menjadi 6.602,2.
Di Amerika Serikat, pada Jumat (8/7/2022) lalu, Biro Statistik Tenaga Kerja AS merilis data yang menunjukkan nonfarm payrolls atau pekerjaan nonpertanian melonjak 372.000 pekerjaan pada bulan Juni. Sedangkan tingkat pengangguran tidak berubah sejak bulan Mei yaitu sebesar 3,6 persen.
Para ekonom mengatakan, data Tenaga Kerja AS sedikit membantu mengurangi ketakutan akan terjadinya resesi.
“Tidak ada bukti dalam data pekerjaan bahwa resesi sudah dekat. Dalam penilaian kami, ancaman terbesar terhadap ekspansi berkelanjutan tetap inflasi dan The Fed akan membutuhkan suku bunga yang membatasi untuk mengatasinya,” kata perusahaan jasa keuangan ANZ Research dalam laporannya yang diterbitkan hari ini.
Akhir pekan ini, AS akan melaporkan data inflasi, sementara China akan merilis data Produk Domestik Bruto (PDB), produksi industri dan penjualan ritelnya.