Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Indonesia Dinilai Tidak akan Mengalami Krisis Seperti Sri Lanka, Berikut Sejumlah Alasannya

Anggota Komisi XI DPR Hendrawan Supratikno menilai Indonesia tidak akan masuk dalam situasi krisis berdimensi stagflasi seperti Sri Lanka

Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Muhammad Zulfikar
zoom-in Indonesia Dinilai Tidak akan Mengalami Krisis Seperti Sri Lanka, Berikut Sejumlah Alasannya
AFP/-
Demonstrasi untuk mengecam kekurangan gas untuk memasak, minyak tanah dan beberapa komoditas lainnya saat Sri Lanka menghadapi krisis ekonomi besar di Kolombo pada 30 Juni 2022. Anggota Komisi XI DPR RI Hendrawan Supratikno menilai Indonesia tidak akan masuk dalam situasi krisis berdimensi stagflasi seperti yang terjadi pada Sri Lanka. 

"Tiga kondisi ini, membuat ekonomi kita mestinya lebih tahan menghadapi guncangan eksternal," ucap Hendrawan. 

Seberapa buruk kondisi ekonomi Sri Lanka?

Dikutip dari NPR, pemerintah Sri Lanka berutang 51 miliar dolar AS dan tidak dapat membayar bunga atas pinjaman, terlebih tagihannya.

Pariwisata yang berperan penting dalam pertumbuhan ekonomi, kini tersendat akibat pandemi dan kekhawatiran tentang keamanan setelah serangan teror pada 2019.

Baca juga: Seberapa Buruk Kondisi Sri Lanka saat Ini? Tak Mampu Bayar Utang hingga Presiden Kabur

Mata uang Sri Lanka pun telah jatuh 80 persen, membuat impor lebih mahal dan memperburuk inflasi yang sudah tidak terkendali, dengan harga makanan naik 57 persen, menurut data resmi.

Kementerian Keuangan Sri Lanka mengatakan negaranya hanya memiliki cadangan devisa yang bisa digunakan sebesar 25 juta dolar AS.

Padahal, untuk bertahan selama enam bulan mendatang membutuhkan enam miliar dolar AS.

Berita Rekomendasi

Hasilnya, saat ini Sri Lanka di ambang kebangkrutan, dengan hampir tidak ada yang untuk mengimpor bensin, susu, gas untuk memasak, obat-obatan, bahkan kertas toilet.

Para ekonom mengatakan krisis ekonomi disebabkan karena faktor domestik, seperti salah urus selama bertahun-tahun dan korupsi.

Sebagian besar kemarahan publik tertuju pada Gotabaya dan saudaranya, mantan Perdana Menteri Sri Lanka Mahinda Rajapaksa.

Krisis ekonomi yang terjadi ini, menurut Program Pangan Dunia PBB, membuat sembilan dari 10 keluarga melewatkan makan atau sangat berhemat, sementara tiga juta menerima bantuan kemanusiaan darurat.

Baca juga: Ditolak di Maladewa, Presiden Sri Lanka Kini Dikabarkan Berada di Negara Tetangga Indonesia

Perang Ukraina-Rusia turut memperbutuk harga makanan dan minyak lebih tinggi.

Saat ini, semakin banyak orang Sri Lanka mencari paspor untuk pergi ke luar negeri untuk mencari pekerjaan.

Singkatnya, orang-orang menderita dan putus asa untuk memperbaiki keadaan mereka.

Para pengunjuk rasa yang menuntut pengunduran diri Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa berkumpul di dalam kompleks Istana Kepresidenan Sri Lanka di Kolombo pada 9 Juli 2022. - Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa yang terkepung meninggalkan kediaman resminya di Kolombo, kata seorang sumber pertahanan kepada AFP, sebelum pengunjuk rasa berkumpul untuk menuntut pengunduran dirinya menyerbu kompleks. (Photo by AFP)
Para pengunjuk rasa yang menuntut pengunduran diri Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa berkumpul di dalam kompleks Istana Kepresidenan Sri Lanka di Kolombo pada 9 Juli 2022. - Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa yang terkepung meninggalkan kediaman resminya di Kolombo, kata seorang sumber pertahanan kepada AFP, sebelum pengunjuk rasa berkumpul untuk menuntut pengunduran dirinya menyerbu kompleks. (Photo by AFP) (AFP/-)
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas