Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Inflasi AS Melejit, Perusahaan Pakaian Tawarkan Diskon untuk Kurangi Stok yang Menumpuk

Sejumlah perusahaan pakaian di AS sampai harus menggelar diskon gede untuk menekan rugi akibat naiknyinflasi sekaligus mengurangi stok di gudang.

Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Choirul Arifin
zoom-in Inflasi AS Melejit, Perusahaan Pakaian Tawarkan Diskon untuk Kurangi Stok yang Menumpuk
Forbes
Diskon pakaian di toko Walmart di Amerika Serikat. 

Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni

TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON -

Inflasi Amerika Serikat yang membumbung tinggi benar-benar jadi momok yang menakutkan bagi para pelaku industri di sektor riil. Sejumlah perusahaan pakaian di AS sampai harus menggelar diskon gede-gedean untuk menekan rugi sekaligus mengurangi stok yang menumpuk di gudang.

Menurut data Biro Statistik Tenaga Kerja AS yang dirilis pada Rabu (13/7/2022) kemarin, harga pakaian di AS naik 0,8 persen pada bulan Juni, dan naik 5,2 persen secara year-to-year. Sementara inflasi AS naik menjadi 9,1 persen, melebihi perkiraan sebelumnya yaitu 8,8 persen.

Dikutip dari CNBC, perusahaan ritel pakaian termasuk Target, GAP dan Walmart mengumumkan rencana untuk memberikan lebih banyak potongan harga, sebagai upaya untuk mengurangi stok pakaian yang menumpuk.

Perusahaan ritel lainnya, Abercrombie & Fitch dan American Eagle Outfitters, keduanya melaporkan stok pakaian mereka melonjak tajam, masing-masing naik 45 persen dan 46 persen dari tahun lalu.

Baca juga: Inflasi AS di Atas 9 Persen, Dorong Rupiah Kembali Tembus Rp 15.000 Per Dolar AS

Persediaan pakaian yang melimpah, memicu pemberian potongan harga atau diskon lebih tinggi. Cara ini biasa dilakukan Walmart dan Target, tidak hanya untuk produk pakaian jadi tetapi juga perlengkapan rumah tangga.

Data penjualan ritel bulan Juni, indikator ekonomi lain yang diawasi ketat, akan dilaporkan oleh Departemen Perdagangan AS pada hari Jumat (15/7/2022) besok.

Berita Rekomendasi

Penjualan pakaian formal naik

Namun menurut seorang analis industri fashion di perusahaan riset NPD Group, Kristen Classi-Zummo mengungkapkan kenaikan harga pakaian di AS juga diimbangi tingginya tingkat penjualan.

“Ini semua tentang pengalaman. Kembali untuk kembali keluar benar-benar yang mendorong pertumbuhan pakaian jadi. Kemunculan kembali pengalaman yang masih belum kita lihat sepenuhnya tahun lalu," kata Kristen Classi-Zummo.

Baca juga: Inflasi Amerika Tembus 9,1 Persen, Saham di Wall Street Langsung Ambles, Harga Pangan Naik

Perusahan ritel pakaian Levi Strauss & Co. melaporkan pendapatannya tumbuh sebanyak 15 persen secara year-to-year di kuartal kedua tahun ini.

Menurt NPD, penjualan pakaian di AS naik 5 persen secara year-to-year untuk periode bulan Januari hingga Mei. Penjualan pakaian formal dilaporkan meningkat di AS, dibarengi meningkatnya aktivitas warga AS di luar rumah seperti menghadiri pesta pernikahan dan bekerja di kantor.

Baca juga: Amerika Serikat Sedang Masuki Resesi Ringan, Ini Tanda-tandanya

NPD melaporkan, penjualan gaun wanita di AS naik sebesar 42 persen secara year-to-year dari bulan Januari hingga Mei, lebih tinggi 14 persen dari penjualan di tahun 2019 atau sebelum merebaknya Covid-19.

Naiknya penjualan pakaian formal di AS, ternyata membuat perusahaan ritel GAP mengalami kerugian. Dalam laporan pendapatan terbarunya, GAP melaporkan konsumen telah beralih dari pakaian informal dan hoodie, ke gaun pesta dan pakaian kantor.

Namun sebuah survei yang dilakukan firma riset ekuitas Jefferies pada bulan Juni mengungkapkan, sekitar 35 persen konsumen berencana untuk membeli lebih sedikit pakaian.

Baca juga: Inflasi Meningkat, IMF Pangkas Pertumbuhan Amerika Serikat Jadi 2,3 Persen pada 2022

Dalam survei tersebut menunjukkan, mereka yang berpenghasilan 100 ribu dolar AS atau lebih per tahun, berencana mengurangi pengeluaran transportasi dan biaya makan di luar.

Sementara mereka yang berpenghasilan lebih rendah berencana mengurangi pengeluaran untuk biaya kebutuhan sandang dan pangan.

Classi-Zummo menambahkan, pembeli berpenghasilan lebih tinggi telah membantu meningkatkan penjualan pakaian jadi, karena mereka masih memiliki cukup dana untuk membayar pakaian bermerek. Dia melanjutkan, hal tersebutlah yang memicu naiknya harga pakaian jadi di AS.

“Konsumen rumah tangga berpendapatan rendah mungkin berpikir dua kali untuk membeli pakaian jadi, apakah itu obral atau tidak. Konsumen berpenghasilan tinggi belum terpengaruh, mereka masih membeli dengan harga lebih tinggi." ungkap Classi-Zunmo.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas