Dirut Titan Jelaskan Kronologi Persoalan Pinjaman ke Kreditur Sindikasi
PT Titan Infra Energy (TIE) menejelaskan kronologi persoalan pinjaman pihaknya ke kreditur sindikasi.
Penulis: Hasanudin Aco
Editor: Wahyu Aji
“Hal ini sangat membantu, namun sayangnya relaksasi hanya berjalan selama 3 bulan. Setelah itu disetop lagi,” terang dia.
Pada Desember 2020, kata Darwan, TIE dengan dibantu konsultan mengajukan usulan propasal restrukturisasi ke kreditur sindikasi.
“Pada dasarnya usulan tesebut meminta tenor menjadi 10 tahun dan memohon program relaksasi 2 tahun yang hanya membayar bunga minim saja,” ungkap Darwan.
Kemudian, lanjut Darwan, konsultan yang ditunjuk kreditur sindikasi mencoba membuat rumusan untuk mencari titik tengah restrukturisasi dengan klausul: tenor menjadi 7 tahun; 2 tahun pertama pembayaran bunga dan angsuran yang minim; kreditur sindikasi akan menempatkan Credit Restructuring Officer (CRO) untuk memonitor keria TIE; dan kreditur sindikasi mensyaratkan penjualan aset-aset TIE di luar jalan hauling dan pelabuhan.
Darwan menegaskan posisi saat ini pihaknya masih terus bernegosiasi dengan kreditur sindikasi, khususnya Bank Mandiri, terkait proposal restrukturisasi.
“Pada dasarnya TIE tidak keberatan dengan usulan konsultan dari kreditur sindikasi,” ujarnya.
Per hari ini, tegas Darwan, sisa utang TIE ke kreditur sindikasi sekitar USD 300 juta. Ia berharap proporsal restrukturisasi pembayaran utang TIE segera disetujui kreditur sindikasi.
“Keinginan TIE adalah program restrukturisasi segera diketok secepatnya. Karena hal ini akan meningkatkan performance kerja TIE dengan luar biasa,” tegas Darwan optimis.
Sebagai contoh, lanjut dia, hasil pemotongan revenue yang 21 % itu terkatung-katung di Bank Mandiri dan tidak bisa digunakan.
“Nganggur begitu saja, padahal TIE sangat membutuhkan cash flow. Selain itu TIE tidak bisa bekerja maksimal, tidak berani beli batu bara di mulut tambang karena selalu rugi cash flow,” kata dia.
Dengan kondisi harga batubara yang mulai bagus, kata Darwan, pada Januari 2022 TIE mengajukan proposal yang diharapkan menjadi terobosan.
“TIE akan melunasi semua utang-utangnya di akhir tahun 2024. Jadi pada dasarnya restrukturisasi cuma minta mundur 1 tahun, seharusnya wajar karena ada Covid,” ujar Darwan.
“Jadi kita lupain restrukturisasi dari konsultan yang memakan waktu 7 tahun. Ini cuma minta waktu tambahan 1 tahun saja dari pagu kredit yang ada,” tegasnya.
Namun, kata Darwan, sampai hari ini proposal restrukturisasi tersebut tidak ditanggapi oleh Bank Mandiri.