Di Hadapan Dolar AS, Rupiah Masih Berjaya Ketimbang India dan Malaysia
BI menyatakan, aliran modal keluar atau capital outflow yang terjadi di negara berkembang, termasuk Indonesia menyebabkan tekanan terhadap rupiah
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bank Indonesia (BI) menyatakan, aliran modal keluar atau capital outflow yang terjadi di negara berkembang, termasuk Indonesia menyebabkan tekanan terhadap nilai tukar.
Kepala Grup Dept Ekonomi & Kebijakan Moneter BI Wira Kusuma mengatakan, kendati demikian, meski kompak alami pelemahan, mata uang rupiah masih lebih menang atau berjaya ketimbang beberapa negara lain di hadapan dolar Amerika Serikat (AS).
Baca juga: Bank Indonesia Masih Pertahankan Suku Bunga Acuan, Ekonom Khawatir Rupiah Makin Liar
"Kalau bandingkan dengan tingkat depresiasi negara-negara tetangga, kita relatif lebih baik. Dibandingkan negara-negara lain sebagai contoh sampai 20 Juli ini kita terdepresiasi 4,9 persen, namun Malaysia 6,42 persen, India 7,05 persen, dan Thailand 8,93 persen, jadi relatif kita lebih baik dalam hal itu," ujarnya dalam webinar FMB9, Senin (25/7/2022).
Menurut Wira dengan adanya ketidakpastian yang masih tinggi di pasar keuangan global, menjadi penyebab aliran modal ke negara berkembang tertahan.
"Nah, tapi secara umum, sektor eksternal kita yang digambarkan oleh neraca pembayaran Indonesia itu masih solid," katanya.
Baca juga: Senin Pagi Rupiah Menguat Terhadap Dolar AS ke Level Rp14.985
Namun, dirinya melihat bahwa inflasi di tanah air mesti diwaspadai karena mengalami peningkatan menjadi 4,53 persen di Juni 2022.
"Inflasi sampai saat ini meningkat ya, sampai di bulan Juni sekira 4,53 persen, tapi kita lihat sumber inflasinya itu mayoritas disebabkan oleh imported inflation dengan harga komoditas global yang meningkat. Sementara, kita lihat komponen-komponen inflasi yang lain, yakni core inflation itu masih dalam sasaran," pungkasnya.
Senin Sore, Rupiah Menguat Terhadap Dolar AS, Sentuh Level Rp 14.993
Nilai tukar mata uang Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup menguat ke level Rp14.993, pada Senin (25/7/2022) sore ini.
Sebelumnya pada penutupan di akhir pekan kemarin (22/7/2022), mata uang Garuda berada di level Rp 15.013 per dolar AS.
Pengamat Pasar Keuangan sekaligus Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengatakan, untuk perdagangan besok, Selasa (26/7/2022), mata uang Rupiah kemungkinan masih berfluktuasi di rentang Rp 14.980 hingga Rp 15.020 per dolar AS.
Ibrahim kembali melanjutkan, fluktuasi nilai tukar dolar terhadap mata uang lain disebabkan berbagai faktor eksternal.
Dolar berada pada pijakan yang kuat pada hari Senin, karena terpengaruh sentimen kenaikan suku bunga AS yang tajam minggu ini dan melemahnya ekonomi global.
“Federal Reserve AS diperkirakan menaikkan suku bunga 75 basis poin (bp), dengan sekitar 9 persen peluang kenaikan 100 bp,” ungkap Ibrahim, Senin (25/7/2022).
Tak hanya kenaikan suku bunga di AS, Ibrahim juga mengungkapkan, fluktuasi nilai tukar dolar AS juga terpengaruh ketegangan geopolitik di Eropa.
Sebagai tambahan informasi, pada penutupan perdagangan di akhir pekan lalu (22/7/2022) nilai tukar mata uang Rupiah terhadap dolar AS ditutup menguat di level Rp 15.013.
Setelah sebelumnya di penutupan pada Kamis (21/7/2022), mata uang Garuda berada di level Rp 15.036 per dolar AS.