IMF Peringatkan Inflasi Tinggi Bisa Mengancam Ekonomi ke Jurang Resesi
IMF memprediksi pertumbuhan ekonomi Eropa dan Amerika Serikat hampir nol pada tahun depan.
Penulis: Mikael Dafit Adi Prasetyo
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mikael Dafit Adi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Dana Moneter Internasional (IMF) kembali memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi global menjadi 3,2 persen tahun 2022 ini dari perkiraaan 3,6 persen di bulan April 2022.
IMF memperingatkan bahwa risiko penurunan dari inflasi yang tinggi dan perang di Ukraina dapat mendorong ekonomi global ke jurang resesi.
“Pertumbuhan PDB global akan melambat menjadi 3,2 persen pada tahun 2022 dari perkiraan April yang berkisar 3,6 persen.” kata IMF.
IMF juga menyatakan, PDB global sebenarnya telah berkontraksi pada kuartal kedua, karena penguncian akibat Covid-19 di China dan invasi Rusia ke Ukraina.
Dilansir dari Channel News Asia, Rabu (27/7/2022) IMF memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi untuk tahun 2023 menjadi 2,9 persen dari perkiraan April yakni sebesar 3,6 persen, mengutip dampak kebijakan moneter yang lebih ketat.
Pertumbuhan ekonomi global telah pulih pada tahun 2021 menjadi 6,1 persen, setelah pandemi Covid-19 menghancurkan output global pada tahun 2020 dengan kontraksi 3,1 persen.
Baca juga: Menkeu Janet Yellen: Ekonomi AS Melambat, Resesi Tidak Terhindarkan
"Prospek telah menjadi gelap secara signifikan sejak April. Dunia mungkin segera tertatih-tatih di tepi resesi global, hanya dua tahun setelah yang terakhir," kata Pierre-Olivier Gourinchas, Kepala Ekonom IMF dalam sebuah pernyataan.
Embargo Gas Rusia
IMF mengatakan perang Rusia di Ukraina meningkatkan harga energi dan pangan lebih tinggi dan dampaknya akan memperburuk inflasi serta menanamkan ekspektasi inflasi jangka panjang yang akan mendorong pengetatan kebijakan moneter lebih lanjut.
Di bawah skenario alternatif "masuk akal" yang mencakup penghentian total pasokan gas Rusia ke Eropa pada akhir tahun dan penurunan 30 persenekspor minyak Rusia, IMF memprediksi pertumbuhan ekonomi global akan melambat menjadi 2,6 persen pada tahun 2022 dan 2 persen pada tahun 2023.
IMF memprediksi pertumbuhan ekonomi Eropa dan Amerika Serikat hampir nol pada tahun depan.
“Pertumbuhan ekonomi global telah turun di bawah 2 persen hanya lima kali sejak 1970," kata IMF.
IMF juga memperkirakan bahwa tingkat inflasi di negara maju di tahun 2022 akan mencapai 6,6 persen, naik dari 5,7 persen dalam perkiraan April. Sedangkan tingkat inflasi di negara berkembang diperkirakan akan mencapai 9,5 persen pada 2022, naik dari 8,7 persen dalam perkiraan April.
"Inflasi pada level saat ini merupakan risiko yang jelas untuk stabilitas makroekonomi saat ini dan masa depan, membawanya kembali ke target bank sentral harus menjadi prioritas utama bagi pembuat kebijakan," kata Gourinchas.
AS dan China Turun
Untuk Amerika Serikat, IMF mengonfirmasi bahwa prospek pertumbuhan ekonomi berada di angka 2,3 persen untuk tahun 2022.
Sedangkan di tahun 2023 berada di angka 1,0 persen, yang sebelumnya mengalami pemotongan sebanyak dua kali sejak April karena permintaan yang melambat.
IMF memangkas perkiraan pertumbuhan PDB China untuk tahun 2022 menjadi 3,3 persen dari 4,4 persen pada April, mengutip wabah Covid-19 dan penguncian yang meluas di kota-kota besar yang telah membatasi produksi dan memperburuk gangguan rantai pasokan global.
IMF juga memangkas prospek pertumbuhan ekonomi Eropa untuk tahun 2022 menjadi 2,6 persen dari 2,8 persen pada April, yang mencerminkan dampak inflasi dari perang di Ukraina.
Namun, perkiraan pemangkasan pertumbuhan ekonomi yang lebih dalam akibat perang di Ukraina akan menimpa Jerman, dengan prospek pertumbuhan ekonomi di tahun 2022 turun menjadi 1,2 persen dari 2,1 persen pada April.
Italia justru melihat peningkatan dalam prospek pertumbuhan ekonomi di tahun 2022 yang dipengaruhi oleh sektor pariwisata dan industri.
IMF mengatakan pekan lalu bahwa Italia bisa mengalami resesi yang dalam di bawah embargo gas Rusia.
Ekonomi Rusia akan berkontraksi sebesar 6,0 persen pada tahun 2022 karena pengetatan sanksi keuangan dan energi Barat, tetapi akan kembali turun sebesar 3,5 persen pada tahun 2023.
Sedangkan prospek pertumbuhan ekonomi Ukraina diperkirakan akan menyusut sekitar 45 persen karena perang, tetapi perkiraan itu datang dengan ketidakpastian yang ekstrem.