Bisa Menyebabkan Rugi Besar, Inilah Pentingnya Cegah Downtime Pada Mesin Pabrik
Downtime merupakan suatu kondisi di mana mesin mengalami penghentian pada proses produksi sehingga jalur produksi harus terhenti secara menyeluruh
TRIBUNNEWS.COM - Dalam proses produksi manufaktur, setiap menit bahkan setiap detik merupakan waktu yang berharga. Maka itu, para pengelola pabrik terus berupaya agar proses produksi dapat berjalan efisien dan mencegah terjadinya downtime pada mesin.
Downtime merupakan suatu kondisi di mana mesin mengalami penghentian pada proses produksi sehingga jalur produksi harus terhenti secara menyeluruh. Terhentinya proses produksi tersebut dapat berdampak pada kerugian perusahaan, bahkan hingga mencapai milyaran rupiah.
Sebenarnya, pada beberapa pabrik, downtime sendiri dilakukan secara sengaja dan terjadwal, misalnya untuk melakukan pengecekan atau tindakan perawatan pada mesin.
Yang perlu dicegah adalah downtime yang terjadi mendadak alias disebabkan oleh hal-hal tak terduga, yang dapat mengganggu produktivitas pabrik. Misalnya, downtime yang terjadi akibat salah pengoperasian mesin atau bahkan akibat kinerja mesin yang menurun.
Untuk mencegah hal tersebut terjadi, apalagi pada pabrik Anda, berikut terdapat beberapa hal yang dapat diterapkan, di antaranya:
1. Pengembangan dan Pelatihan Karyawan
Seperti diketahui, downtime dapat terjadi karena kesalahan pengoperasian yang dilakukan operator mesin. Maka dari itu, perlu dilakukan pelatihan agar operator mengetahui dan paham saat mesin mengalami kerusakan, kapan harus diperbaiki, bahkan kapan perlu dilakukan perawatan.
Hal ini penting dikarenakan seringkali operator maupun pengelola pabrik tidak menyadari adanya masalah atau penurunan kinerja mesin yang mungkin saja sudah mulai terjadi pada waktu-waktu sebelumnya hingga terjadinya downtime pada mesin.
2. Melakukan perawatan prediktif (predictive maintenance)
Tujuan dari perawatan prediktif (predictive maintenance) adalah untuk mencapai zero downtime. Maka dari itu, semakin awal terdeteksinya kerusakan pada mesin merupakan hal baik sehingga dapat dilakukan perencanaan perawatan mesin dan memesan suku cadang (sparepart) yang diduga akan rusak.
Dalam melakukan perawatan prediktif (predictive maintenance) diperlukan data-data pendukung, seperti data manufaktur, data proses mesin, data lingkungan, data monitoring kondisi, dan lain sebagainya, sehingga dapat dilakukan analisa dan prediksi pada mesin sebelum kondisi buruk terjadi, bahkan menyebabkan downtime.
Agar perawatan prediktif (predictive maintenance) yang dilakukan tidak memakan waktu dan tidak mengganggu target produksi yang ingin dicapai, Anda perlu meninggalkan cara-cara perawatan prediktif kuno, seperti masih menggunakan kertas untuk panduan pemeriksaan setiap kondisi komponen mesin.
Sebagai solusi, Anda bisa melakukan perawatan prediktif (predictive maintenance) dengan menggunakan software yang dapat mendukung analisa mesin, salah satunya aplikasi software iQ Monozukuri Rotary Machine Vibration Diagnosis dari Mitsubishi Electric.
Software ini dapat dengan mudah digunakan untuk memvisualisasikan kondisi mesin dengan mengumpulkan, menganalisa, dan mendiagnosa data getaran mesin yang abnormal untuk menghindari terjadinya downtime pada mesin.
Terlebih, di samping itu, Mitsubishi Electric juga memiliki beberapa produk Factory Automation lain yang juga sudah memiliki fungsi “self-diagnose” pada produk itu sendiri, seperti MELSERVO-J5, Inverter E800, dan Robot Industri MELFA Smart Plus.
Fungsi tersebut memungkinkan untuk dapat mendeteksi perubahan getaran, gesekan pada komponen, dan prediksi dini untuk kerusakan atau error yang akan terjadi.
Hal ini pun dapat memudahkan dan mempercepat penggantian suku cadang mesin sebelum rusak, jika memang diperlukan penggantian. Selain itu, fungsi tersebut juga dapat mendukung sistem operasi yang stabil pada perangkat.
Untuk informasi lebih lanjut mengenai produk Factory Automation dari Mitsubishi Electric, Anda bisa langsung kunjungi situs resmi Mitsubishi Electric Indonesia.