Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Bakal Pangkas Standar Operasional Prosedur, Bos Garuda : Bikin Orang Tak Belajar dari Kesalahan

Jumlah standar operasional prosedur (SOP) yang banyak akan menyulitkan perusahaan dalam mendorong nilai-nilai kemanusiaan.

Penulis: Yanuar R Yovanda
Editor: Seno Tri Sulistiyono
zoom-in Bakal Pangkas Standar Operasional Prosedur, Bos Garuda : Bikin Orang Tak Belajar dari Kesalahan
Screenshot
Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk Irfan Setiaputra 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Utama (Dirut) PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) sekaligus Advisory Board V20 2022 Irfan Setiaputra mempercayai bahwa keberlangsungan perusahaan karena mempunyai nilai dan interaksi.

Sementara, jumlah standar operasional prosedur (SOP) yang banyak akan menyulitkan perusahaan dalam mendorong nilai-nilai kemanusiaan.

"Kami akan kurangi SOP, di Garuda ada sege

Baca juga: Garuda Indonesia Operasikan 12 Extra Flight dari dan ke Manado dengan Armada Boeing 737-800 NG

pok SOP. Semua orang harus hafal, padahal SOP turunkan nilai kemanusiaan dari seseorang," ujarnya dalam konferensi pers "Sustainability Compass: Peran Nilai-nilai dalam Menghadapi Tantangan Global”, Selasa (9/8/2022).

Menurut Irfan, dampak pertama dari menumpuknya jumlah SOP, yakni memengaruhi kemampuan mengambil keputusan dan berpikir.

"Anak kecil saja bisa ambil keputusan. Ini belajar tinggi-tinggi, pas balik ke kantor ikuti SOP," katanya.

Berita Rekomendasi

Kemudian dampak kedua adalah banyaknya SOP tidak membuat seseorang otomatis belajar terhadap kesalahan sebelumnya.

Baca juga: Garuda Indonesia Berhasil Tekan Kerugian Hingga 224,14 Juta USD di Kuartal I 2022

"Kedua, yakni berbuat salah, kita ini pernah salah, bisa jadi dirut karena berbuat salah, jadi karyawan atau manager berbuat salah dan belajar dari kesalahan akan bikin makin matang, dan SOP tidak bikin itu. Padahal kemampuan berpikir, mengambil keputusan, dan belajar dari kesalahan membuat kita menjadi besar," pungkas Irfan.

Dunia Mesti Dikelola Berlandaskan Nilai-nilai Luhur

Values20 (V20) menggelar side event dalam mendukung Presidensi G20 Indonesia 2022, dengan mengambil tema “Sustainability Compass: Peran Nilai-nilai dalam Menghadapi Tantangan Global”.

Co-Sherpa V20 2022 Alissa Wahid mengatakan, V20 merupakan komunitas global dengan perhatian terhadap nilai-nilai yang hidup di masyarakat.

"Niatnya sederhana, tapi berat. Pertama, bagaimana memastikan pengelolaan dunia saat ini benar-benar dilandasi nilai-nilai luhur," ujarnya dalam konferensi pers virtual.

Alissa mengungkapkan, V20 bersama ahli mencermati bahwa banyak sekali hal yang jadi tantangan dunia sekarang, karena tidak melakukan kerja-kerja dengan landasan nilai-nilai luhur.

"Inilah yang diupayakan, di Saudi Arabia pertama dilakukan (pada 2020), memulai bangun kesadaran bahwa nilai itu penting. Di Italia (pada 2021), niatnya bagaimana nilai itu dibawa ke tengah, dan sekarang di Indonesia bawa semangat agar nilai luhur bisa diaplikasikan dalam aksi nyata, mirip dengan membumikan Pancasila," katanya.

Lebih lanjut, dia menambahkan, value yang dimaksud adalah nilai-nilai hidup bersama sebagai penghuni sebuah planet dengan masyarakat di dalamnya.

"Menghidupinya kamu pakai Compass Sustainability untuk mengelola kerangka kerjanya, menggunakan kompas arah mata angin, yani utara, timur, barat dan selatan. Utara kita bahasakan nature atau alam, barat itu well being atau kesejahteraan, selatan itu society atau membangun nilai masyarakat, dan timur itu ekonomi," pungkas Alissa.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas