Konsumen Perkirakan Inflasi AS akan Melambat, Kemenangan Besar Buat The Fed?
Menurut Biro Statistik Tenaga Kerja AS (BLS) mengungkapkan, hingga bulan Juni harga pangan naik 10,4 persen dalam satu tahun terakhir.
Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Prospek konsumen Amerika Serikat (AS) untuk inflasi menurun secara signifikan pada bulan Juli, di tengah penurunan tajam harga gas serta keyakinan yang berkembang mengenai penurunan harga makanan dan perumahan di masa mendatang.
Dikutip dari CNBC, survei bulanan Ekspektasi Konsumen Federal Reserve New York menunjukkan koresponden memperkirakan inflasi akan mencapai 6,2 persen di tahun 2023 dan 3,2 persen untuk tiga tahun berikutnya.
Meskipun angka-angka tersebut masih tergolong tinggi berdasarkan standar historis, namun angka-angka itu menandai penurunan besar dari survei di bulan Juni yang menunjukkan inflasi AS di tahun 2023 akan mencapai 6,8 persen dan 3,6 persen di tiga tahun berikutnya.
Menurut Biro Statistik Tenaga Kerja AS (BLS) mengungkapkan, hingga bulan Juni harga pangan naik 10,4 persen dalam satu tahun terakhir.
Baca juga: Daftar Negara yang Mengalami Lonjakan Inflasi di 2022, Berikut Sejumlah Faktor Pemicunya
BLS memperkirakan harga pangan akan naik 6,7 persen selama 12 bulan ke depan, turun sebesar 2,5 poin presentase dari survei di bulan Juni.
Responden juga melihat harga gas, yang naik 60 persen pada tahun lalu, hanya naik 1,5 persen di tahun depan, turun 4,2 poin presentase dari survei di bulan Juni.
American Automobile Association (AAA) mengungkapkan harga gas biasa telah turun sekitar 67 sen per galon dalam sebulan terakhir, meskipun lebih tinggi 87 sen dari tahun lalu.
Terakhir, harga rumah diperkirakan naik 3,5 persen di tahun depan, lebih rendah dari perkiraan di bulan Juni yaitu sebesar 4,4 persen. Ini merupakan proyeksi kenaikan terendah sejak November 2020.
Ekspektasi untuk inflasi lima tahun juga tergelincir, turun 0,5 poin presentase menjadi 2,3 persen.
Penurunan prospek konsumen ini datang setelah Bank Sentral AS atau Federal Reserve (The Fed) menaikkan suku bunga secara agresif untuk menekan inflasi yang berada di level tertinggi dalam 40 tahun terakhir. Di tahun ini, The Fed telah menaikkan suku bunga acuan sebanyak empat kali dengan total 2,25 poin presentase.
Namun hasil survei The Fed New York mungkin dapat menjadi alasan bagi otoritas moneter AS untuk tidak menaikkan kembali suku bunga acuan.
Langkah ini akan didukung jika data inflasi menunjukkan penurunan. The Fed menargetkan inflasi AS akan mencapai 2 persen dalam jangka panjang.
Baca juga: Inflasi Turki Tembus 79,6 Persen, Ternyata Sederet Masalah Ini Jadi Biang Keroknya
Namun anggota Dewan Gubernur The Fed, Michelle Bowman pada akhir pekan kemarin mengatakan The Fed harus mempertimbangkan kenaikan suku bunga sebesar 75 basis poin di pertemuan mendatang untuk menurunkan laju inflasi.
Presiden The Fed San Francisco Mary Daly juga mengungkapkan hal serupa, dengan mengatakan kenaikan suku bunga kemungkinan akan berlanjut.
Pernyataan keduanya datang setelah BLS pada Jumat (5/8/2022) kemarin melaporkan pekerjaan baru di AS bertambah sebanyak 528.000 pekerjaan dan kenaikan upah dengan pendapatan per jam rata-rata melonjak 5,2 persen.
Survei The Fed New York menunjukkan pertumbuhan pengeluaran konsumen rumah tangga secara keseluruhan diperkirakan akan mendingin menjadi 6,9 persen di tahun 2023. Angka ini termasuk relatif tinggi dalam jangka panjang, namun jauh di bawah perkiraan di bulan Mei yaitu sebesar 9 persen.