Karena Resesi, Inggris Disebut Seperti Negara Berkembang
Analis menunjuk ketidakstabilan politik, gangguan perdagangan, krisis energi, dan inflasi yang meroket sebagai indikator utama di balik ini.
Editor: Hendra Gunawan
BoE memperingatkan, Inggris saat ini sedang menghadapi resesi dengan penurunan output sebesar 2,1 persen.
Ekonomi Inggris diperkirakan akan mulai menyusut pada kuartal terakhir tahun ini, dan berkontraksi sepanjang tahun 2023, menjadi resesi terpanjang setelah krisis keuangan global.
Indeks harga konsumen di Inggris diperkirakan akan mencapai level 13,3 persen pada bulan Oktober, menjadi rekor tertinggi sejak tahun 1980, yang sebagian besar disebabkan oleh lonjakan harga energi setelah invasi Rusia ke Ukraina.
Inflasi Inggris mencapai puncak tertinggi dalam 40 tahun yaitu sebesar 9,4 persen pada bulan Juli, sehingga memberikan tekanan kepada pengganti Boris Johnson sebagai perdana menteri Inggris berikutnya.
BoE sebelumnya memperkirakan inflasi akan mencapai puncaknya di atas 11 persen dan hampir tidak ada pertumbuhan pada ekonomi Inggris sebelum tahun 2025.
Bank Sentral Inggris telah menaikkan suku bunga sebanyak enam kali sejak Desember tahun lalu, namun kenaikan suku bunga hari ini menjadi yang terbesar sejak tahun 1995.
Tekanan yang didapat oleh Gubernur BoE dan rekan-rekannya untuk bergerak dalam langkah besar melawan inflasi datang setelah kenaikan suku bunga besar baru-baru ini dilakukan oleh Federal Reserve AS, Bank Sentral Eropa dan bank sentral lainnya.
BoE mengulangi komitmennya untuk bergerak tegas dalam menurunkan tekanan inflasi yang tinggi.
BoE juga memperkirakan pihaknya akan mulai menjual stok obligasi pemerintah yang besar, dengan penjualan aktif sekitar 10 miliar poundsterling per kuartal, tidak lama setelah pertemuan berikutnya pada pertengahan September.